Oase Hijau di Tengah Pulau
Di tengah-tengah statusnya sebagai daerah kepulauan, Kecamatan Kepulauan Pongok menyadari arti pentingnya ketahanan pangan dengan memaksimalkan lahan menjadi potensi pertanian.
Petani yang berjumlah tak lebih dari 1 persen penduduk menunjang program jangka menengah (RPJMN 2020-2024), dengan berhasil mengolah bentangan lahan seluas 25 hektare menjadi sawah.
Kegiatan masyrakat Pulau Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Foto: Diskominfo Babel.
Anak-anak Pulau Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Foto: Diskominfo Babel.
Hasilnya, mereka mampu memenuhi kebutuhan pangan harian secara mandiri, untuk setidaknya setengah dari total penduduk di Desa Pongok, juga saat nelayan menghadapi musim paceklik, dan faktor cuaca yang dapat menghambat pengiriman bahan pokok dari luar pulau.
Kecamatan Kepulauan Pongok, menjadi salah satu kecamatan di Indonesia dengan lanskap biru-hijau. Terletak di tengah-tengah 'kepungan' birunya lautan, daerah ini memiliki sumber daya yang meliputi ruang lingkup kehidupan laut hayati (flora dan fauna), maupun non hayati.
Tak heran, dengan latar belakang tersebut mayoritas penduduknya (95 persen) memilih nelayan sebagai profesi, dan sebagian besar roda perekonomian akan dimulai dari sektor ini. Namun, daratan kecamatan yang seluas 89,67 kilometer persegi, menyisakan potensi lain.
Kecil memang, tak lebih dari 1 persennya saja, atau 25 hektare daratannya menganga sebuah penghijauan di pinggiran wilayah. Lahan yang bersumber dari bantuan optimasi lahan (oplah) itu dikelola menjadi sebuah bentangan sawah, berhias pematang sebagai penanda kepemilikan antar petani yang tergabung dalam dua kelompok tani, dan hanya berjumlah 30-an orang saja.
Namun, dari tangan-tangan mereka, dari sebuah keyakinan, serta kerja keras, sawah ini berimbas pada kecukupan, dan kesejahteraan warga. Mereka berani keluar pakem, keluar dari zona laut yang sudah menjadi sumber ekonomi. Kelompok ini berpikir untuk memenuhi kebutuhan kehidupan bermasyarakat di sana.
"Kami sebagai petani sangat antusias, karena kami mengingat kami ini pulau. Pulau kami jauh dari (pusat) Bangka Selatan, dan ada di zona 6. Kalau tidak ada lahan sawah, apa jadinya? Kami ini terpencil, jauh dari Pulau Bangka, jauh dari Pulau Belitung, karena kami di tengah-tengah. Kalau angin kuat, kapal tidak bisa masuk, nggak makan kita. Jadi, sawah yang ada saat ini untuk membantu kebutuhan masyarakat yang ada sekarang," ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kepulauan Pongok, Zumri.
Keseriusan, dan konsistensi petani dari Kepulauan Pongok ini sejalan dengan amanat RPJMN 2020-2024, yang menjadikan ketahanan pangan sebagai satu program prioritas nasional. Bahkan, persoalan pangan ini sudah dilakukan sejak 2006 lalu oleh para petani, minimal untuk memenuhi kebutuhan warga di kecamatan tersebut, dan mencegah krisis pangan sebagai tujuan utama lahirnya rencana pembangunan nasional.
"Pada tahun 2017 ada cetak sawah baru tapi belum terlaksana, dan diolah oleh masyarakat. Sejauh ini dengan hasil 1,5 ton setiap panen bisa mencukupi setengah kebutuhan pangan di Desa Pongok. Kalau lahan 137 hektar tadi berjalan, bisa mencukupi untuk semua kecamatan," ujar Zumri.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait