Dr. Veryl mengawali materi dengan memperkenalkan para peneliti terdahulu ikan air tawar Indonesia, diawali dengan “Achille Valenciennes” yang telah mendata ikan air tawar Indonesia dari tahun 1794-1865. Sejak jaman penjajahan. Menurut Dr. Veryl, belajar ichtiologi artinya belajar sejarah. Banyak sejarahwan asing telah mendata ikan air tawar, setelah Valenciennes ada Georges Cuvier, Heinrich Kuhl, Van Hasselt, Pieter Bleeker, Max Weber. Kemudian beberapa peneliti modern ada Maurice Kottelat, Tan, Reny K. Hadiaty, Daniel Lumbantobing dan Yohanes Baptista.
"Indonesia patutnya bangga karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, dimana Indonesia memiliki juga ikan air tawar terbesar di dunia dan terkecil di dunia," kata Dr. Veryl.
Sebelum mendalami ikan air tawar, Dr. Veryl menyampaikan bahwa, setidaknya kita tahu penelompokan ikan air tawar, seperti:
- Ikan lokal yang sudah ada sejak awal evolusi mendiami suatu wilayah tertentu dan membentuk komunitas akuatik alami.
- Ikan endemik yang penyebarannya terbatas disuatu wilayah atau terisolir secara geografi
- Ikan Asing/alien fishes yaitu ikan yang berasal dari luar wilayah distribusi alaminya yang dapat menimbulkan kerusakan secara ekosistem secara isidental namun belum menjadi wabah.
- Ikan invasif yaitu ikan asing yang masuk kesuatu habitat dan telah menjadi wabah.
"Bangka Belitung sendiri memiliki ke empat kelompok tersebut. Di Bangka sendiri terdapat 7 jenis ikan endemik yang hanya ada di Pulau Bangka dan bahkan ada di beberapa sungai atau di satu habitat saja di pulau Bangka. Contohnya Wild Betta burdigala dan Enchoclarias Taipnopterus," tuturnya.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait