Hanandjoeddin kemudian mendapat tugas sebagai Komandan Pertahanan Teknik Udara Pangkalan Bugis, Jawa Timur di bulan Januari 1946. Dia sukses memperbaiki pengebom Shoki (Ki-48), termasuk menyerahkan pesawat Cukiu kepada Sekilah Penerbangan Darurat Yogyakarta.
HAS Hanandjoeddin saat memimpin Pasukan PPU III/930 di Front Malang Timur. Foto: Istimewa/ Sang Elang.
Pada 9 April 1946, Komodor Udara Sorjadi Soerjadarma menyematkan pangkat Opsir Muda III atau Letnan Muda Udara kepada Hanandjoeddin.
Setahun berselang terjadi Agresi Militer Belanda I (1947). Hanandjoeddin kala itu sukses menyelamatkan 15 unit pesawat terbang di Pangkalan Udara Bugis, bersama anggota teknik lainnya. Dari sini, Hanandjoeddin diangkat menjadi Komandan Pertempuran Sektor I STC III Front Malang Timur, dan Komandan Pertempuran Sektor II.
17 Januari 1948, pasukan TNI ditarik mundur dari wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat, buntut dari Perjanjian Renville.
19 Desember 1948, terjadi Agresi Militer Belanda II. HAS Hanandjoeddin memimpin pasukan di Sektor Watulimo untuk bertempur melawan penjajah. Kala itu, penjajah berhasil menguasai Pangkalan Udara Campur Darat, Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Hanandjoeddin kemudian ditugaskan menjadi Wakil Danlanud Campur Darat, untuk mengurusi urusan pertahanan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait