Realisasi Energi Terbarukan Bak Otak Kosong Tanpa Pikiran : Akankah Nuklir Menjadi Alternatif Solusi
Pihak yang terlibat pun bukan hanya melakukan sosialisasi tanpa hirarki yang jelas, sosialisasi yang dilakukan hanya mengutamakan dampak positif daripada mengutamakan sosialisasi dampak negatif dari pembangunan PLTN, yang seharusnya masyarakat perlu mengetahui bagaimana PT Thorcon Power Indonesia mencegah segala kemungkinan buruk nantinya terhadap aktivitas dari PLTN tersebut.
Penjelasan diatas menunjukkan adanya keraguan dalam realisasi PLTN, terlebih lagi dampak negatif yg dihadirkan cenderung lebih besar ketimbang dampak positif dari keberadaan PLTN. Kemudian ini menjadi persoalan yang kompleks, mengingat kejadian bencana nuklir dimasa lampau yang masih menjadi ketakutan dikalangan masyarakat luas.
Instansi terkait perlu mengadakan sosialisasi secara komprehensif dan keterbukaan informasi pada kajian akademis yang seharusnya lebih dulu diterbitkan, bukan mendahulukan hasrat keinginan menjadikan Indonesia menjadi negara maju.
Narasi pertumbuhan dan keadilan energi akan menjadi ilusi semata, bila hanya mengedepankan visi Indonesia emas di tahun 2045 tanpa mempertimbangkan berbagai aspek di lapangan yang masih menjadi perdebatan dan bahkan banyaknya penolakan pembangunan PLTN dikalangan masyarakat luas terutama di wilayah Bangka Belitung.
Seperti yang di sampaikan oleh Albert schweitzer "krisis dunia berasal dari kemanusiaan yang kehilangan gagasan etis tentang peradaban sebagai semua kemajuan yang dibuat oleh manusia" (kulturphilosophie, the philosophy of Civilization, 1923.). Manusia tidak pernah kehabisan gagasan dalam menciptakan sebuah kemajuan peradaban tapi sebuah peradaban akan hancur apabila gagasan etis tidak pernah diperuntukkan sebagai standar moral.
Dalam tulisan ini bahwasanya, dengan tegas menolak segala tahapan realisasi pembangunan PLTN yang dilakukan oleh pihak BAPETEN maupun PT Thorcon Power Indonesia.
Editor : Haryanto
Artikel Terkait
