Buyut adalah Pengetahuan Ekologis
Jika kita dalami lebih jauh, Buyut bukan sekadar entitas mistis, itu adalah bentuk pengetahuan lingkungan yang diwariskan turun-temurun. Secara teori antropologi, inilah yang disebut Traditional Ecological Knowledge (TEK) atau pengetahuan ekologis tradisional. Nenek moyang kita telah mengetahui pentingnya menjaga sungai. Pengetahuan ini kemudian disampaikan lewat nilai-nilai mistik.
Kenapa lewat mistik? Karena metode ilmiah tidak familiar di zaman dulu, jadi pengetahuan disampaikan lewat cerita mistik yang kemudian termanifestasikan lewat simbol budaya, dalam konteks ini adalah Buyut. Buyut adalah cara nenek moyang untuk menjaga ekosistem. Ia adalah simbol kontrol sosial untuk melindungi sungai dari kerusakan.
Selaras dengan yang diungkapkan Clifford Geertz (seorang antropolog): "manusia adalah makhluk yang terjebak dalam jaring-jaring makna yang ia ciptakan sendiri, dan kebudayaan adalah jaring-jaring itu." Dalam hal ini, Buyut adalah jaring makna lokal, simbol sakral yang merepresentasikan hubungan manusia Babel dengan sungainya. Ia bukan hanya hantu, tapi penjaga nilai ekologis yang dibungkus dalam cerita.
Bagaimana Buyut Mati
Ketika mitos dianggap ketinggalan zaman dan tidak rasional, kita kehilangan makna di baliknya. Pengetahuan lokal praktis tersebut lenyap. Sama halnya dengan Buyut, hanya dianggap sebagai sosok hantu tanpa makna ekologis, sehingga menjadi tidak ilmiah dan kolot. Pantas dibunuh dari peradaban masyarakat Babel.
Mirisnya, pendidikan modern dan agama sering menggantikan peran mitos, tapi tidak selalu menggantikan fungsinya. Buyut digantikan dengan slogan-slogan lingkungan impor, yang bukan jati diri kita. Itu hanya jadi slogan tanpa makna karena jauh dari tingkah laku masyarakat Babel. Kita memiliki pengetahuan tapi tidak memiliki kebijaksanaan.
Kini buyut telah jadi jasad mengapung di sungai-sungai Babel. Akibatnya, sungai tak lagi dianggap sakral dan bisa dirusak sesuka hati. Kematian Buyut bukan kematian sosok hantu, itu adalah kematian nilai-nilai menjaga alam.
Editor : Haryanto
Artikel Terkait