get app
inews
Aa Text
Read Next : Erzaldi Ingatkan Jangan Dzalim

Surah Al Falaq, Makna Serta Asbabun Nuzul

Senin, 20 September 2021 | 18:55 WIB
header img
Surah Al Falaq.

PANGKALPINANG, lintasbabel.id - Apa sebab penamaan Surat Al Falaq? Bagaimana sebab turun surah ini? Apa tujuan diturunkannya? Apa manfaat membacanya? Surat Al Falaq adalah surat ke-113 dalam Al Quran. Surah dengan jumlah ayat lima ini diturunkan di Kota Madinah.

Surat Al Falaq juga dinamai Nabi Muhammad SAW dengan nama surah Qul A’udzu bi Rabb al-Falaq. Ada yang menamai dengan surah al-Falaq. Nama itu terambil dari ayat pertama surah ini. Al Falaq artinya waktu subuh.

Asbabun Nuzul atau sebab-sebab turunnya Surat Al falaq, diriwayatkan dari Zaid bin Arqam berkata bahwa Nabi SAW disihir oleh seorang lelaki Yahudi hingga beliau sakit.

Jibril lalu turun kepadanya dengan membawa al-Mu’awwidzatain seraya berkata, “Seorang Yahudi telah menyihirmu dan sihirnya ditanam di sumur Fulan.”

Zaid berkata, “Kemudian Nabi mengutus Ali untuk mengambilnya dan menitahkan kepadanya untuk melepaskan ikatan-ikatan sihir itu dan membacakan ayat". 

Ali pun membaca sambil melepaskan ikatan sihir tersebut satu per satu sehingga Nabi SAW bangkit seakan baru terlepas dari ikatan tali. 

Zaid berkata lagi, “Rasulullah sama sekali tidak berkata apa-apa kepada lelaki Yahudi terkait yang telah diperbuat lelaki itu dan tidak pula memperlihatkan wajahnya.” (H.R. Ah]mad dari Zaid bin Arqam).

Dalam riwayat lain, Siti Aisyah berkata bahwa lalu Rasulullah SAW mendatangi sumur tersebut dan mengeluarkannya, kemudian beliau bersabda:

 

«هَذِهِ الْبِئْرُ الَّتِي أُرِيتُهَا وَكَأَنَّ مَاءَهَا نقاعة الحناء وكأن نخلها رؤوس الشياطين»

 

Inilah sumur yang diperlihatkan kepadaku dalam mimpiku; airnya seakan-akan seperti warna pacar (merah) dan pohon-pohon kurmanya seakan-akan seperti kepala-kepala setan.

Kemudian benda itu dikeluarkan dan dikatakan kepada beliau Saw., "Tidakkah engkau membalikkannya?" Rasulullah Saw. menjawab:

 

«أَمَّا اللَّهُ فَقَدْ شَفَانِي وَأَكْرَهُ أَنْ أُثِيرَ عَلَى أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ شَرًّا»

 

Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah menyembuhkan diriku, dan aku tidak suka menimpakan suatu keburukan terhadap seseorang.

Surah Al Falaq ini bersama dengan surah sesudahnya, yaitu an-Naas, dinamai juga surah al Mu’awwidzatain. Nama itu terambil dari kata kedua surah tersebut yang menggunakan kata A’udzu yang berarti aku berlindung. Al-Mu’awwidzatain berarti dua surah yang menuntun pembacanya kepada tempat perlindungan.

Tujuan diturunkan surah al-Falaq untuk menanamkan keyakinan seorang muslim yang membaca surah ini bahwa tidak ada yang dapat mengakibatkan mudarat tanpa izin Allah Swt. Tidak ada juga yang dapat melindungi, kecuali Yang Mahakuasa.

Siti ‘Aisyah ra, istri Rasulullah SAW berkata: “Rasulullah meniupkan untuk dirinya Al Mu’awwidzatain saat menderita sakit menjelang wafatnya. Dan ketika keadaan beliau sudah amat parah, aku membaca untuknya dan mengusapkan dengan tangan beliau kiranya memperoleh berkat surah ini.” (H.R. Al-Bukhariy dan Muslim).

 

Apa tema pokok Surah Al Falaq?

Tema pokok surat Al Falaq ini adalah pengajaran untuk menyadarkan diri dan memohon perlindungan hanya kepada Allah SWT dalam menghadapi berbagai kejahatan.

Rasulullah SAW sering membaca surah ini agar selalu terpelihara dari kejahatan.

Berikut penjelasan Surat Al Falaq:

 

1. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ

Artinya: Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar). 

Ayat pertama memerintahkan kepada manusia untuk berlindung memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT. Allah bersifat Rabb al-Falaq (Tuhan yang menguasai subuh). 

Allah Mahakuasa membelah kegelapan malam dengan terangnya pagi. Dengan meyakini ini, seseorang akan yakin pula bahwa Allah Mahakuasa menyingkirkan kejahatan dan kesulitan kapan dan di manapun dengan memunculkan pertolongan.

 

2. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ

Artinya: Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan.

Ayat kedua mengandung permohonan untuk mendapat perlindungan dari keburukan makhluk ciptaan Allah. Baik yang datang dari diri sendiri maupun dari makhluk lainnya. Baik sudah dialami atau belum dialami pemohon. 

 

3. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ

Artinya: Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. 

Ayat ketiga mengandung permohonan untuk memohon perlindungan Allah Swt. dari kejahatan yang terjadi pada malam yang gelap. 

Memang, biasanya malam menakutkan karena sering kali kejahatan terjadi di celah kegelapan. Akan tetapi, malam juga dipuji sebagai saat yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

4. وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ

Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya).

Pada ayat keempat yang dimohonkan adalah perlindungan dari ulah sementara orang yang dapat menjerumuskan pada kesulitan, mudarat, dan penyakit, yakni dari kejahatan dan keburukan (perempuan-perempuan) peniup-peniup pada buhul-buhul (tali yang mengikat). 

 

5. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ

Artinya: "Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

Salah satu sebab utama munculnya kejahatan adalah iri hati (hasad). Hasad adalah iri hati atas nikmat yang dimiliki orang lain dengan harapan nikmat itu hilang darinya. 

Hasad juga berarti kedengkian terhadap orang lain dengan harapan orang itu terus menerus berada dalam kekurangan dan kepedihan.

Hasad juga berarti keinginan memperoleh nikmat serupa dengan yang dimiliki orang lain tanpa mengharap hilangnya nikmat yang diperoleh orang itu. 

Nabi SAW bersabda: “Tidak dibenarkan hasud (menginginkan) perolehan apa yang diperoleh orang lain, kecuali dalam dua hal. Terhadap yang dianugerahi harta oleh Allah kemudian ia menafkahkannya dengan hak (benar) dan terhadap orang yang dianugerahi ilmu kemudian dia amalkan dan ajarkan.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim melalui Ibnu Mas’ud ra).

Ayat terakhir ini merupakan permohonan perlindungan kepada Allah dari kejahatan pengiri jika ia iri hati. 

Nabi SAW bersabda: “Tiga hal yang merupakan sumber segala dosa. Hindarilah dan berhati-hatilah terhadap ketiganya. Hati-hatilah terhadap keangkuhan. Karena keangkuhan menjadikan iblis enggan sujud kepada Adam. Hatihatilah terhadap loba (tamak). Karena ketamakan mengantar Adam memakan (buah) pohon terlarang dan hati-hatilah terhadap iri hati. Karena kedua anak Adam (Qabil dan Habil), salah satu di antaranya, membunuh saudaranya akibat dorongan iri hati.” (HR Ibnu ‘Asaakir melalui Ibnu Mas’ ud).

 

Wallahu A'lam

 

Sumber: Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Cendekia, Kemenag

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut