BANGKA, Lintasbabel.iNews.id - Nelayan Pangkal Niur punya cara cerdas inspiratif untuk melindungi perairan dan mangrove. Usaha budidaya kerang darah di pesisir pantai terbukti efektif menjauhkan aktifitas tambang timah dari lokasi tersebut.
Tambak Kerang Darah milik Mang Rustam di Desa Pangkal Niur, Kabupaten Bangka. Foto: Lintasbabel.iNews.id/ Joko Setyawanto.
Cerita keserakahan tambang timah sudah bukan barang baru di Bangka Belitung. Tidak ada satupun kawasan yang benar-benar bisa aman dari aksi penambangan baik legal maupun ilegal. Tidak sedikit kawasan konservasi dan hutan lindung sekalipun atau kawasan wisata maupun zona tangkap nelayan yang dirambah aktifitas penambangan.
Akibatnya berbagai insiden konflik kepentingan terutama antara nelayan pesisir dengan penambang acapkali mewarnai dinamika masyarakat yang dulunya sangat identik dengan budaya bahari dan agrikultur ini.
Sayangnya dalam banyak kasus, pengiat lingkungan, pengiat wisata, hingga nelayan, lebih sering menjadi pihak yang termarginalkan manakala ada kepentingan tambang timah mulai menjajakkan kaki ke kawasan eksisting nelayan, pariwisata, ataupun kawasan konservasi.
Dari sedikit kisah keberhasilan nelayan mempertahankan kawasan tangkap yang merupakan periuk nasi mereka, adalah Mang Rustam, seorang nelayan Desa Pangkal Niur, Kecamatn Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), punya cara menarik untuk melindungi kawasan mangrove di wilayahnya.
Editor : Muri Setiawan