Suatu hari, ia meminta izin pulang ke Bali lantaran rindu dengan ayah dan ibunya. Kebetulan saat itu ada upacara agama yang diselenggarakan di Kerajaan Pemecutan. Kesempatan ini digunakan Raden Ayu untuk pulang ke kampung halaman.
Mengerti perasaan sang istri, Pangeran Cakraningrat IV akhirnya memberikan izin, doa, serta 20 orang pengawal pria dan 20 dayang-dayang perempuan. Berangkatlah mereka dari Bangkalan menuju Denpasar, Bali. Sesampainya di Istana Pemecutan, Raden Ayu tidur di istana; sementara pengawal dan dayang-dayangnya tidur di taman kerajaan.
Resmi memeluk agama Islam, Raden Ayu pun menunaikan Sholat Magrib di Merajan Istana, tempat suci umat Hindu. Saat itu semua warga kerajaan tidak ada yang mengetahui cara ibadah umat Islam. Mereka pun menduga Raden Ayu sedang mengeluarkan ilmu hitam.
Patih kerajaan melaporkan hal itu kepada Raja Pemecutan. Raja yang juga ayahnya marah dan memerintahkan Raden Ayu dibunuh. Tidak lama kemudian, Patih mengajak Raden Ayu Siti Khotijah ke depan Pura Kepuh Kembar.
Raden Ayu memiliki firasat jika dirinya akan dibunuh, ia pun meninggalkan pesan dan menjelaskan bahwa kala itu sedang beribadah menurut agama Islam. Selain itu, dia juga berpesan agar tidak dibunuh dengan senjata tajam karena hal itu akan sia-sia.
"Pakailah cucuk konde saya ini yang telah disatukan dengan daun sirih dan diikat benang Tridatu, benang tiga warna yakni putih, merah, dan hitam," cerita Pak Mangku.
Editor : Muri Setiawan