Refleksi Hari Pendidikan Nasional, Belajar Merdeka Tapi Masih Terikat Sistem Usang

Siki
Sikri Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung

PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNesw.id - Gema "Belajar Merdeka" bergulir kencang dalam lanskap pendidikan kita. Sebuah angin segar yang menjanjikan kebebasan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi minat, mengembangkan potensi, dan belajar sesuai dengan ritme serta gaya masing-masing. 

Kurikulum Merdeka hadir sebagai representasi dari semangat ini, membawa harapan akan pembelajaran yang lebih relevan, kontekstual, dan berpusat pada murid. 

Akan tetapi, di balik retorika yang menggugah dan konsep yang menjanjikan, tersembunyi sebuah ironi yang mendalam: kita tengah berupaya mewujudkan kemerdekaan belajar di tengah belenggu "sistem usang" yang masih mengakar kuat. 

Ibarat membangun rumah impian di atas fondasi yang rapuh, upaya memerdekakan pembelajaran seringkali terbentur pada tembok tradisi dan struktur yang belum sepenuhnya adaptif.

Salah satu manifestasi paling nyata dari "sistem usang" ini adalah pola pikir dan praktik mengajar yang belum sepenuhnya bertransformasi. 

Meskipun berbagai pelatihan dan sosialisasi Kurikulum Merdeka telah digalakkan, mengubah paradigma guru yang terbiasa dengan metode ceramah satu arah dan penilaian sumatif tunggal bukanlah perkara mudah. 

Kebiasaan lama sulit dihilangkan, dan tidak sedikit pendidik yang masih merasa nyaman dengan zona familiar mereka, enggan atau kesulitan untuk mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan diferensiasi. 

Editor : Muri Setiawan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network