Infrastruktur dan sumber daya yang timpang juga menjadi penghalang di berbagai penjuru negeri.
Bagaimana mungkin kita berbicara tentang pembelajaran berbasis teknologi dan proyek jika akses internet terbatas atau bahkan tidak ada? Bagaimana mungkin kita mendorong eksplorasi minat jika buku dan fasilitas penunjang pembelajaran minim? Kesenjangan ini menciptakan jurang yang lebar antara sekolah-sekolah di perkotaan yang relatif maju dengan sekolah-sekolah di daerah terpencil yang masih berjuang dengan keterbatasan dasar.
Selain itu, budaya penilaian yang masih terpusat pada angka dan ujian seringkali mengebiri esensi Merdeka Belajar.
Tekanan untuk mencapai nilai tinggi masih membayangi siswa. Akibatnya, fokus pembelajaran cenderung bergeser dari pemahaman konsep dan pengembangan keterampilan menuju persiapan ujian semata.
Tak dapat dipungkiri pula bahwa sistem administrasi dan birokrasi yang kaku terkadang menghambat inovasi di tingkat sekolah.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait