PANGKALPINANG, Lintasbabel.id - Presiden Perancis Emmanuel Macron memprediksi pasukan pendudukan Rusia tidak akan bertahan lama menghadapi gelombang serangan balasan Ukraina dan perang yang sudah berlangsung lebih dari setahun ini akan segera berakhir dalam beberapa pekan ke depan.
Dilansir dari kantor berita Rusia, TASS (13/6/2023), presiden Emanuel Macron dalam keterangan persnya menyebutkan keyakinannya bahwa operasi militer berupa serangan balasan Ukraina yang telah dimulai beberapa hari yang lalu berjalan sesuai rencana. Serangan yang sudah dipersiapkan sejak lama ini diyakininya akan mampu memaksa pasukan Rusia meninggalkan wilayah Ukraina.
Dukungan persenjataan canggih mulai dari sistem pertahanan udara, rudal jarak jauh, hingga kendaraan tempur dari negara-negara barat akan mengubah jalannya pertempuran dan menempatkan posisi pasukan Ukraina mampu menandingi persenjataan Rusia. Terlebih moral pasukan Ukraina yang berjuang untuk membebaskan tanah airnya, akan menjadi kekuatan ekstra untuk mengalahkan pasukan Rusia yang dinilai mulai kehilangan motivasi bertempur.
Dalam kesempatan itu, Macron menegaskan bahwa dukungan yang diberikan Perancis maupun negara-negara barat lainnya hanya untuk membebaskan wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, bukan untuk menyerang teritorial Rusia.
"Serangan balasan Ukraina dimulai beberapa hari yang lalu. Itu telah direncanakan dengan matang. Serangan balasan ini akan berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Kami melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya dalam bingkai yang telah kami uraikan sejak awal konflik: untuk menghukum Rusia guna menghentikan upaya militernya, untuk membantu Ukraina melawan dan merebut kembali wilayahnya , tetapi untuk tidak pernah menyerang Rusia dan menghindari segala bentuk eskalasi konflik ini," kata presiden Macron.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait