STOCKHOLM, lintasbabel.id - Lars Vilks, kartunis Swedia yang menggambar Nabi Muhammad SAW secara terhina, tewas dalam tabrakan mobil pada Minggu (3/10/2021).
Vilks ternyata bukan satu-satunya orang yang menghina Rasulullah SAW. Berikut nasib para kartunis dan jurnalis, yang pernah menghina Nabi Muhammad SAW:
1. Lars Vilks
Kartunis Swedia ini menggambar sosok Nabi Muhammad SAW dengan penghinaan, yakni manusia bertubuh anjing. Dia memamerkan karikaturnya pada 2007 dan memicu kemarahan umat Islam di dunia.
Karikatur itu membuatnya hidup di bawah perlindungan polisi.
Selama bertahun-tahun, Vilks menjadi target pembunuhan oleh sejumlah orang, karena karikatur yang dia buat. Bahkan, kelompok al-Qaeda menawarkan hadiah USD100.000 bagi siapa saja yang bisa membawa kepalanya.
Pada tahun 2007, perdana menteri Swedia saat itu, Fredrik Reinfeldt, bertemu dengan duta besar dari 22 negara Muslim dalam upaya untuk meredakan situasi akibat ulah sang kartunis.
Pada Minggu (3/10/2021), Vilks bepergian dengan mobil polisi yang disamarkan sebagai mobil sipil, bersama dua polisi yang mengawal di dalamnya. Mobil itu kemudian bertabrakan dengan sebuah truk di dekat kota Markaryd, Swedia selatan. Vilks dan dua polisi yang mengawalnya tewas. Laporan lain menyebut, mobil yang ditumpangi Vilks terbakar dan sang kartunis terbakar hidup-hidup sampai akhirnya tewas.
2. Stéphane "Charb" Charbonnier
Dia adalah jurnalis dan kartunis majalah satire Prancis, Charlie Hebdo.
Pada 2 November 2011, kantor majalah Charlie Hebdo dibom tepat sebelum edisi 3 November-nya diterbitkan. Edisi tersebut berjudul "Charia Hebdo" dan menyindir Nabi Muhammad SAW yang seolah-olah digambarkan sebagai editor tamu.
Charb dan dua rekan kerjanya di Charlie Hebdo kemudian menerima perlindungan polisi.
Pada September 2012, seorang pria ditangkap di La Rochelle, diduga karena menyerukan pemenggalan kepala Charb di situs kelompok "jihadis".
Dalam sebuah wawancara tahun 2012, Charb mengatakan: "Saya tidak takut pembalasan, saya tidak punya anak, tidak ada istri, tidak ada mobil, tidak ada utang. Ini mungkin terdengar agak sombong, tapi saya lebih suka mati di kaki saya daripada untuk hidup berlutut."
Kelompok al-Qaeda menempatkan Charb di "daftar paling dicari" mereka pada tahun 2013 setelah dia mengedit edisi Charlie Hebdo yang menyindir kaum radikal "Mohammedan".
Menjadi seorang penembak klub olahraga, Charb mengajukan izin untuk dapat membawa senjata api untuk membela diri. Permohonan itu, bagaimanapun, tidak disetujui.
Pada 7 Januari 2015, kantor majalah Charlie Hebdo diserbu kelompok bersenjata. Charb dibantai dengan beberapa tembakan. Tujuh rekannya dan dua petugas polisi juga tewas dalam pembantaian tersebut.
Dua hari sebelum kematiannya, Charb telah menyelesaikan sebuah esai tentang Islamofobia.
Satu tahun setelah pembantaiannya, esai tersebut diterbitkan dalam terjemahan bahasa Inggris, dengan kata pengantar oleh Adam Gopnik, dengan judul "Open Letter: On Blasphemy, Islamophobia, and the True Enemies of Free Expression".
3. Kurt Westergaard
Kartunis Denmark ini pada tahun 2005 menggambar karikatur tentang sosok Nabi Muhammad SAW mengenakan bom di sorbannya.
Karikatur itu sebagai bagian dari karikatur "Jyllands-Posten Muhammad", yang memicu beberapa pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok militan Islamis di seluruh dunia, konflik diplomatik, dan konflik negara.
Ulahnya juga memicu kerusuhan dan serangan terhadap beberapa kedutaan besar Barat di negara-negara Muslim dengan beberapa orang tewas.
Setelah menggambar karikatur yang menghina itu, Westergaard menerima banyak ancaman pembunuhan dan menjadi target upaya pembunuhan. Akibatnya, dia menghabiskan hidup di bawah perlindungan polisi.
Westergaard meninggal dalam tidurnya di Copenhagen pada 14 Juli 2021. Dia meninggal sehari setelah ulang tahunnya yang ke-86, setelah lama menderita penyakit.
4. Carsten Juste
Dia adalah jurnalis Denmark dan mantan pemimpin redaksi Jyllands-Posten, sebuah surat kabar bersirkulasi besar Denmark.
Juste memulai kariernya pada tahun 1979 sebagai jurnalis training di surat kabar Jyllands-Posten. Dia menjadi pemimpin redaksi media itu dari Januari 2003 hingga akhir April 2008.
Juste terlibat dalam kontroversi setelah penerbitan beberapa karikatur pada September 2005 oleh surat kabar yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW.
Dalam satu komentar Juste menyatakan, “Kami tidak akan meminta maaf, karena kami tinggal di Denmark di bawah hukum Denmark, dan kami memiliki kebebasan berbicara di negara ini. Jika kami meminta maaf, kami akan mengkhianati generasi yang telah memperjuangkan hak ini, dan Muslim moderat yang berpikiran demokratis.”
Juste mengeklaim kehebohan internasional atas karikatur tersebut merupakan kemenangan bagi penentang kebebasan berekspresi.
"Mereka yang menang adalah kediktatoran di Timur Tengah, di Arab Saudi, di mana mereka memotong tangan para penjahat dan tidak memberikan hak kepada perempuan," kata Juste kepada The Associated Press saat medianya jadi sorotan.
"Kediktatoran gelap telah menang," katanya lagi saat itu.
Jsute hidup di bawah ancaman pembunuhan bersama para staf Jyllands-Posten.
Dalam komentar lain, Juste mengakui bahwa 12 karikatur, salah satunya menggambarkan Nabi Muhammad mengenakan sorban berbentuk bom, telah menyebabkan "kesalahpahaman yang serius".
"Ke-12 kartun...tidak dimaksudkan untuk menyinggung, juga tidak bertentangan dengan hukum Denmark, tetapi mereka telah menyinggung banyak Muslim, yang [oleh karena itu] kami minta maaf," katanya dalam sebuah komentar lain.
Senasib dengan Lars Vilks, Stéphane "Charb" Charbonnier dan Kurt Westergaard, Juste juga masuk daftar orang yang diburu al-Qaeda untuk dihabisi.
Dia masih hidup, namun hidupnya terus di bawah ancaman pembunuhan.
5. Flemming Rose
Dia adalah jurnalis Denmark, penulis dan Senior Fellow di Cato Institute.
Dia sebelumnya menjabat sebagai editor urusan luar negeri di surat kabar Denmark, Jyllands-Posten.
Sebagai editor budaya dari surat kabar yang sama, dia bertanggung jawab atas penerbitan karikatur pada September 2005 yang memprakarsai kontroversi karikatur "Jyllands-Posten Muhammad" awal tahun berikutnya, dan sejak itu ia telah menjadi advokat internasional untuk kebebasan berbicara.
Rose dibesarkan di Copenhagen. Dia adalah salah satu dari tiga bersaudara. Ayahnya meninggalkan keluarga ketika Rose masih kecil, dan mereka tidak berhubungan selama beberapa dekade.
Setelah krisis karikatur, ayahnya menulis surat kepadanya yang menyarankan agar mereka bertemu dan menyatakan persetujuannya dengan posisi Rose soal karikatur itu. Akibatnya, mereka bertemu dan berdamai.
Pada November 2015, Rose mengumumkan bahwa dia akan meninggalkan surat kabar Jyllands-Posten.
Rose terkenal karena menugaskan sekelompok gambar tentang Nabi Muhammad yang diterbitkan di Jyllands-Posten pada 30 September 2005. Alasannya adalah bahwa banyak seniman kreatif Eropa terlibat dalam penyensoran diri karena takut akan kekerasan oleh kaum Muslim.
Pemicu langsungnya adalah kasus penulis buku anak-anak Denmark Kåre Bluitgen, yang dilaporkan tidak dapat menemukan ilustrator untuk sebuah buku tentang kehidupan Nabi Muhammad.
Jyllands-Posten mengundang ilustrator Denmark untuk menggambarkan Nabi Muhammad. Tidak semua karikatur yang dikirimkan sebagai tanggapan atas undangannya menampilkan gambar Nabi Muhammad. Dua dari mereka membuat karikatur Bluitgen, satu mengejek Jyllands-Posten sendiri, sementara yang lain membuat karikatur politisi Denmark.
Kartun yang paling terkenal, oleh Kurt Westergaard, menggambarkan sosok Nabi Muhammad dengan sebuah bom di sorbannya.
Pada bulan Februari 2006, Rose menulis sebuah esai untuk Washington Post berjudul "Mengapa Saya Menerbitkan Kartun-kartun Itu". Dia mencatat bahwa Kurt Westergaard sebelumnya telah menggambar kartun Yesus dan Bintang Daud yang keterlaluan, yang keduanya tidak mengarah pada pembakaran kedutaan atau ancaman pembunuhan.
Rose saat itu bertanya: "Apakah Jyllands-Posten menghina dan tidak menghormati Islam?...Ketika saya mengunjungi masjid, saya menunjukkan rasa hormat saya dengan melepas sepatu saya. Saya mengikuti adat, seperti yang saya lakukan di gereja, sinagoga atau tempat suci lainnya. Tetapi jika seorang mukmin menuntut agar saya, sebagai orang yang tidak beriman, mematuhi tabunya di ranah publik, dia tidak meminta rasa hormat saya, tetapi untuk kepatuhan saya. Dan itu tidak sesuai dengan demokrasi sekuler."
"Saya tersinggung oleh hal-hal di koran setiap hari: transkrip pidato Osama bin Laden, foto-foto dari Abu Ghraib, orang-orang yang bersikeras bahwa Israel harus dihapus dari muka bumi, orang-orang mengatakan Holocaust tidak pernah terjadi. Tapi itu tidak berarti bahwa saya akan menahan diri untuk tidak mencetaknya selama mereka berada dalam batas-batas hukum dan kode etik surat kabar," katanya.
"Sebagai mantan koresponden di Uni Soviet, saya sensitif tentang seruan untuk penyensoran atas dasar penghinaan Ini adalah trik populer gerakan totaliter: Beri label kritik atau seruan untuk berdebat sebagai penghinaan dan hukum pelanggarnya.
Pelajaran dari Perang Dingin adalah: Jika Anda menyerah pada dorongan totaliter sekali, baru tuntutan mengikuti. Barat menang dalam Perang Dingin karena kami berdiri dengan nilai-nilai fundamental kami dan tidak menenangkan tiran totaliter."
Pada tahun 2013, Flemming Rose ditambahkan ke daftar target pembunuhan oleh al-Qaeda. Oleh al-Qaeda, dia disamakan seperti kartunis Stéphane "Charb" Charbonnier, Lars Vilks dan dua staf Jyllands-Posten: Kurt Westergaard dan Carsten Juste.
Rose masih hidup. Namun, dia menjalaninya di bawah ancaman pembunuhan kelompok militan yang menolak posisinya atas penerbitan kartun tentang Nabi Muhammad.
Editor : Muri Setiawan