Mengapa kegiatan ini penting, Laporan Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang diluncurkan Februari 2022 lalu menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim sudah terjadi dan harus segera melakukan adaptasi. Suhu Bumi dipastikan bakal bertambah melewati ambang batas 1,5 derajat celcius pada 2030, bahkan saat ini, peningkatan suhu global sudah mencapai 1,1 derajat celcius.
Pemanasan global itu membuat Bumi mendekati ambang batas untuk mendukung kehidupan manusia. Bahkan, beberapa bagian planet ini kini tidak lagi dapat ditinggali. Suhu sudah menjadi terlalu panas, bencana menjadi terlalu parah, permukaan laut terus meninggi, dan biaya untuk tetap tinggal menjadi terlalu mahal sehingga bakal memicu migrasi besar-besaran.
Namun demikian, sebagian masyarakat belum sepenuhnya mendukung konsensus ilmuwan mengenai perubahan iklim ini, dan Indonesia menempati peringkat pertama yang menyangkal bahwa perubahan iklim disebabkan ulah manusia.
"Meskipun persoalan perubahan iklim nyata dan kerap diserukan para ilmuwan, namun tidak semua orang di planet bumi ini percaya bahwa perubahan iklim itu nyata. Di Indonesia, pemahaman masyarakat mengenai perubahan iklim juga masih lemah, bahkan tidak sedikit yang percaya bahwa isu perubahan iklim hoaks," kata Barlyanto.
Hal ini berimplikasi pada absennya peran untuk turut memitigasi ataupun beradaptasi terhadap perubahan yang sudah terjadi.
"Sebagaimana yang terjadi dengan penanganan pandemi Covid-19, media massa seharusnya bisa berperan dalam membangun literasi publik terkait perubahan iklim. Selain menangkal misinformasi, media juga bisa melakukan peliputan kritis guna mengawal berbagai upaya dalam mitigasi dan adaptasi terkait iklim," katanya.
Editor : Muri Setiawan