"Hanya ada dua pilihan dalam menjalankan prinsip kehidupan, Melawan arus atau mengikuti arus, tapi aku memilih merdeka !!!"
KUTIPAN ini selalu menjadi inspirasi kami dalam bersikap dan bertindak. Kemerdekaan berfikir melahirkan tindakan yang merdeka, terjaganya independensi dan integritas diri maupun organisasi. Bicara independensi gerakan, memang tak ada yang tau gerakan itu murni atau ditunggangi.
Tetapi jika boleh mengutip kata-kata Kakanda Anis Rasyid Baswedan, "Prediktor terbaik adalah rekam jejak". Maknanya, kita bisa menilai dan memprediksi gerakan seseorang, kelompok maupun organisasi dari rekam jejak masa lalunya. HMI MPO Cabang BABEL Raya, sejak berdirinya sampai hari ini tidak ada catatan gerakan ditunggangi atau diorder pihak yang punya kepentingan.
Masih lekat dalam ingatan kami, juga masih melekat pada jejak digital. Tragedi 04 November 2020, kala itu ratusan masyarakat digerakkan oleh beberapa oknum dan organisasi yang berujung pada chaos dan beberapa orang dari salah satu organisasi harus mendekap di jeruji besi. Karena terindikasi ditunggangi, serta ditemukan beberapa bukti, baik berupa uang yang beredar di lokasi, hingga keterangan beberapa saksi. Termasuk salah satu senior kami kala itu yang dimintai keterangan oleh pihak APH dalam proses pengumpulan data, karena orderan itu sempat ditawarkan kepada dirinya, tetapi lagi-lagi kami memilih merdeka !
Bahkan hingga hari ini kita masih tau persis oknum-oknum yang terlibat, hingga berada di lingkungan mana dan aktivitasnya. Pesan kami kepada adinda-adindanya, jangan menepuk air di dulang, terpercik ke muka sendiri. Sebab pikiran adalah cerminan diri. Tragedi ini harus menjadi pelajaran bersama, utamanya untuk generasi sekarang dan semoga tidak diikuti jejaknya oleh junior-junior satu organisasinya saat ini.
Hal yang tak kalah penting, bijaknya bagi seorang leader sejati dalam menyikap setiap kritikan harusnya menjadi momentum evaluasi diri. Bukan sebaliknya, kritikan dianggap sebagai serangan, hingga ditanggapi dengan ujaran kebencian dan menebar isu bahwa kritikannya diorder pihak tertentu.
Belajar dari kisah dan pesan Ayahanda Lafran Pane yang merupakan pelopor berdirinya HMI, beliau dengan tulus dan ikhlas mendedikasikan dirinya untuk Indonesia dan beliau dengan tegas menyampaikan bahwa kader HMI harus tetap mempertahankan independensi diri. Rela melepaskan jabatannya, sebab menginginkan organisasi ini besar hingga harus dipimpin oleh orang yang dianggap lebih mampu.
Independensi diartikan sebagai keberpihakan kepada yang benar. HMI MPO melalui dokumen Khittah Perjuangannya dijadikan sebagai acuan bergerak bagi seluruh kader dalam menjalankan aktifitas berorganisasi dijelaskan di dalamnya mengenai usaha-usaha untuk mencapai tujuan dari pada organisasi, salah satu diantaranya menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.
Semangat dari nilai-nilai independensi serta menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar inilah yang kemudian mendorong kami HMI MPO BABEL Raya untuk selalu istiqomah membangun gerakan kolektif yang berpihak kepada kepentingan masyarakat. Selalu kritis terhadap tindakan yang menuju pada kemungkaran.
Haus akan kekuasaan tanpa diimbangi dengan karya nyata bagi HMI juga tindakan yang perlu dikritisi, sebab HMI MPO BABEL Raya lebih kepada membangun semangat Egaliter, yaitu semangat dan kesadaran bersama untuk mengisi dan berbuat nyata bagi kemajuan umat, bangsa dan agama, bukan semangat untuk berkuasa.
Oleh karenanya, kami sangat prihatin melihat oknum yang bergerak mengatasnamakan aktivis HMI atau KAHMI tetapi untuk kepentingan pribadi atau golongan. Sebut saja Ketua MW KAHMI BABEL, Mas Basit sapaan akrabnya. Tak pernah berbuat nyata untuk kemajuan peradaban dan pencapaian tujuan organisasi KAHMI, tetapi dimana-mana menjual nama KAHMI dan HMI.
Pada bab-bab atau tulisan berikutnya kami akan ulas secara mendetail tentang hal tersebut, dari kemunduran MW KAHMI BABEL, intervensi hingga dampaknya pada perkaderan dan perjuangan HMI, hingga cawe-cawe pada lembaga penyelenggara pemilu.
Terakhir, salam hormat dari kami kepada para kolega. Semoga kita semua memiliki salah satu karakteristik insan Ulil Alab, insan yang tidak menjadi bagian dari orang yang terpesona pada pandangan mayoritas yang menyesatkan. **)
Penulis: Okta Renaldi/ HMI MPO Cabang Babel Raya.
Editor : Muri Setiawan