Beberapa opsi pun diberikan dalam forum bersama di tengah-tengah hutan tempat ternak madu yang sudah memiliki brand Madu Raja Teran yang cukup dikenal sejak 5 tahun ini. Namun, untuk melaksanakan cara-cara tersebut memerlukan kekompakan, dan semangat kembali yang sempat luntur. Untuk itu, baik Melati maupun Erzaldi menginginkan hadirnya kembali para anggota kelompok tani.
"Sayang memang, dulu saat saya meresmikan kelompok ini semangat, ramai, yang utama kita harus mengembalikan kelompok ini dulu. Kita harus diskusi lagi dengan kelompok. Soal gangguan monyet bukan masalah, maksudnya itu bisa diselesaikan. Masalah utamanya adalah harga," kata Erzaldi.
Ia menyebutkan, harga merupakan tantangan nyata dan lebih penting untuk dicarikan solusi, karena berkenaan dengan kualitas. Kualitas tersebut diantaranya bagaimana para petani mampu menjaga standarisasi ekspor. Salah satunya yakni menurunkan kadar air di setiap madu yang dihasilkan agar dapat bersaing dengan Malaysia.
"Masalah itu bisa teratasi ketika alat tadi bisa kita murnikan, lebih murni lebih bernilai, begitu. Jadi, harus ditampung dulu. Misalnya, di titik ini lokasi madunya kita taruh mesin ekstrak pengumpul tadi untuk mengurangi kadar air. Nah, setelah kadar air keluar, naik harganya, maka mereka (petani) tertolong," katanya.
Editor : Muri Setiawan