get app
inews
Aa Text
Read Next : Tingkatkan Kualitas Pelayanan, Diskominfo Babel Konsultasi Bersama Publik

Petani Madu Trigona Harus Melawan Tantangan

Senin, 26 Juni 2023 | 19:29 WIB
header img
Ketua APIDA Babel, Melati Erzaldi. Foto: istimewa.

BELITUNG, Lintasbabel.iNews.id - Madu Trigona sudah menjadi potensi unggulan di tanah Belitung. Madu yang dihasilkan oleh lebah hitam, atau lebah Trigona yang mengandung bee pollen ini banyak dibudidaya oleh para petani di Negeri Laskar Pelangi itu. 

Namun, bak pepatah "semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerjang", disaat potensi ini dilirik banyak pihak, dan bahkan sempat dilakukan ekspor ke negara tetangga, gangguan datang dari alam. Para petani harus berhadapan dengan binatang liar yang mengganggu budidaya.

Kondisi ini pun membuat para petani gerah, dan sempat putus asa. Tidak ingin madu Trigona yang sudah mendunia ini redup, Ketua Asosiasi Perlebahan Indonesia Daerah (APIDA) Bangka Belitung (Babel) Melati Erzaldi, menemui para petani madu Trigona di Belitung.

Bersama Gubernur Babel periode 2017-2022 Erzaldi Rosman, Sabtu (24/06/2023), Melati datang ke Desa Birah Kabupaten Belitung Timur. Kehadiran mereka guna mendengar keluhan atas gangguan yang diterima, sehingga budidaya madu Trigona berangsur ditinggal banyak petani.

"Madu Trigona ini potensinya luar biasa. Sayang jika tidak terus dikembangkan. Memang, gangguan binatang seperti kera bisa mengganggu budidaya. Untuk itu, kita coba mencari solusi bersama agar budidaya ini tetap berjalan, dan juga tidak mengganggu ekosistem di hutan," kata Melati. 

Beberapa opsi pun diberikan dalam forum bersama di tengah-tengah hutan tempat ternak madu yang sudah memiliki brand Madu Raja Teran yang cukup dikenal sejak 5 tahun ini. Namun, untuk melaksanakan cara-cara tersebut memerlukan kekompakan, dan semangat kembali yang sempat luntur. Untuk itu, baik Melati maupun Erzaldi menginginkan hadirnya kembali para anggota kelompok tani.

"Sayang memang, dulu saat saya meresmikan kelompok ini semangat, ramai, yang utama kita harus mengembalikan kelompok ini dulu. Kita harus diskusi lagi dengan kelompok. Soal gangguan monyet bukan masalah, maksudnya itu bisa diselesaikan. Masalah utamanya adalah harga," kata Erzaldi.

Ia menyebutkan, harga merupakan tantangan nyata dan lebih penting untuk dicarikan solusi, karena berkenaan dengan kualitas. Kualitas tersebut diantaranya bagaimana para petani mampu menjaga standarisasi ekspor. Salah satunya yakni menurunkan kadar air di setiap madu yang dihasilkan agar dapat bersaing dengan Malaysia.

"Masalah itu bisa teratasi ketika alat tadi bisa kita murnikan, lebih murni lebih bernilai, begitu. Jadi, harus ditampung dulu. Misalnya, di titik ini lokasi madunya kita taruh mesin ekstrak pengumpul tadi untuk mengurangi kadar air. Nah, setelah kadar air keluar, naik harganya, maka mereka (petani) tertolong," katanya.

Tentunya, hal ini berkenaan dengan pengeluaran yang lebih untuk dapat memiliki fasilitas penunjang demi meningkatkan kualitas madu Trigona ini. Untuk itu, peran pemerintah desa (pemdes) sangat dibutuhkan untuk dapat mencarikan solus bagi petaninya. Selain itu, pemdes juga harus mampu meyakinkan kelompok tani untuk mempertahankan potensi ini.

"Kalau kita tidak melakukan value yang lebih tinggi, kita tidak bisa menolong mereka. Maka kita kalah dengan tetangga sebelah. Harus berani hadir lagi pokja ini. Pemdes juga harus memberikan legalitas, karena takutnya akan jadi rebutan," katanya.

 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut