PANGKALPINANG, lintasbabel.id - Mantan pemulung di Desa Kepel, Kecamatan Kare, Madiun, Jawa Timur bernama Paidi sukses menjadi miliarder berkat tanaman porang. Bahkan, dia dijuluki master porang dan dikenal dengan nama Paidi Porang.
Sebelum sukses menjadi miliarder, kehidupan Paidi pas-pasan dan bekerja serabutan, mulai dari menjual tahu, ayam, buah, hingga daun cengkeh. Setelah semua usahanya tersebut gagal, dia sempat berkebun dan berjualan kripik yang dititipkan ke warung-warung.
"Saya sempat putus asa, saya berhenti dan tidak melakukan apa-apa. Saya cuma berkebun di belakang rumah, hanya istri yang menguatkan saya. Kami jualan keripik dari warung ke warung, sehingga kami bisa makan," kata dia, dikutip dari YouTube Paidi Porang Official, Kamis (16/12/2021).
Agar bisa bertahan hidup, Paidi pun memutuskan untuk memulung. Penghasilannya saat itu sebagai pemulung sekitar Rp25.000-30.000 per hari. Baru pada 2010, dia dikenalkan seorang teman pada tanaman porang. Dari sana, dia mulai belajar tentang tanaman tersebut dari internet.
"Berawal dari teman yang mengenalkan porang, saya mencoba mempelajari dan menganalisa peluangnya serta sistem pemasarannya melalui internet. Kalau siang mencari rongsok, kalau malem belajar (porang) di internet," tuturnya.
Dari sisa modal Rp700.000 milik seorang kenalannya, dia meminjam dan menggunakannya untuk membeli jagung. Dari jualan jagung, dia menghasilkan Rp10 juta. Kemudian uang tersebut digunakan untuk membeli bibit porang.
Dikutip dari sejumlah sumber, dari produksi awal hanya 7 kilogram (kg), kini dia membudidayakan porang di lahan lebih dari 10 hektare (ha). Pada 2017, dia mengekspor porang ke China, setahun kemudian berhasil menjual 900 ton tanaman porang senilai Rp5,4 miliar.
Paidi lalu membentuk kelompok tani untuk meningkatkan produksi porang. Dia pun mendirikan perusahaan PT Paidi Indo Porang. Paidi juga punya jaringan petani binaan lebih dari 1.000 orang di seluruh Indonesia. Berkat kesuksesannya membudidayakan porang, Paidi dijuluki master porang.
"Saya hanya mantan seorang pemulung yang mengubah profesi ke petani porang, lanjut ke pengepul porang. Gelar master saya tidak membeli, juga tidak meminta. Itu sebutan orang-orang, mungkin banyak media yang menyebut saya master porang, jadi gelar master itu hanya sebutan," ujar pria lulusan STM ini.
Editor : Muri Setiawan