Diplomasi Zelensky menggalang dukungan Uni Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara sahabat membuahkan dukungan besar berupa pasokan senjata-senjata canggih dan kehadiran legiun asing yang sangat mempengaruhi jalannya pertempuran.
Rusia tidak tinggal diam, saat pasukannya mulai terpukul oleh patriotisme perlawanan semesta Ukraina, presiden Putin memberlakukan wajib militer dengan merekrut 1 juta warga sipilnya untuk ikut berperang, walaupun dalam pernyataan resminya Putin menyebutkan hanya memberlakukan wajib militer parsial dengan merekrut 30 ribu pemuda dengan pengalaman militer saja.
Dukungan persenjataan juga digalang Rusia dengan memborong drone kamikaze dan rudal jelajah dari Iran serta mencoba menarik Belarusia untuk membuka front baru pertempuran diperbatasan dengan Ukraina. Upaya terakhir ini belum membuahkan hasil lantaran tekanan dari negara-negara Baltik dan Eropa sehingga presiden Lukashenko ekstra hati-hati dalam memutuskan langkah agar tidak memicu krisis kawasan yang lebih parah.
10 bulan terlibat perang yang menghabiskan sumberdaya kedua negara diakui presiden Zelensky membuat dirinya tertekan dan merasa lelah. Dikutip dari Pravda.com, dalam sebuah wawancara dengan David Letterman di acara Netflix Show, My Next Guest Need no Introduction, presiden Zelensky menyebutkan bahwa saat ini tidak ada pilihan baginya selain untuk tetap memimpin perlawanan bangsa Ukraina terhadap agresi militer Rusia.
Namun setelah perang ini berakhir dengan kemenangan dan kembalinya seluruh wilayah Ukraina, dirinya hanya ingin memghabiskan waktu untuk bersama orang-orang tercinta menikmati pantai.
Editor : Haryanto