Sejak Kremlin memutuskan melakukan agresi militer ke Ukraina, tidak satupun wilayah negara penghasil gandum terbesar di dunia ini yang luput dari hujan serangan rudal, artileri, maupun drone. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kehidupan masyarakat Rusia yang seakan tidak sedang dalam kondisi terancam layaknya negara yang tengah berperang.
Saat ini Ukraina mulai melihat bagaimana masyarakat dan penguasa Rusia dapat merasakan mencekamnya hujan bom yang bisa mengancam setiap saat dan menimbulkan kerusakan terhadap tatanan kehidupan normal.
Awal November lalu, Oleh Boldyrev, Manager Proyek Ukroboronprom, sebuah perusahaan industri militer Ukraina menyebutkan bahwa pihaknya sedang mengujicoba UAV jarak jauh yang mampu menjangkau target yang mampu menempuh jarak hingga 1.000 Km.
Drone yang dilengkapi hulu ledak seberat 75 Kg ini, akan siap dikirim ke medan pertempuran pada akhir tahun ini.
Sementara ahli dari Pusat Strategi Pertahanan Ukraina, Victor Kivliuk menyebutkan bahwa sebuah proyek yang dikembangkan oleh perusahaan aerospace Antonov juga tengah memproduksi AN-BK-1 Horlytsa, sebuah pesawat tempur nir awak atau drone yang memiliki total daya jelajah 1.000 Km. Namun jika digunakan untuk pertempuran udara, manuver, dan kembali ke pangkalan, maka daya jelajahnya menjadi jauh lebih pendek, hanya sekitar 120Km.
Kivliuk menambahkan, sebuah drone serang multi guna, Sokil-300 juga sedang dikembangkan oleh kontraktor pertahanan dengan daya jelajah 3.300 Km. Tidak seperti drone Kamikaze buatan Iran yang dirancang untuk hancur bersama targetnya, drone jelajah Sokil-300 punya kemampuan air combat layaknya pesawat tempur berawak.
Editor : Muri Setiawan