get app
inews
Aa Read Next : WHO Kasih Lampu Hijau Pelonggaran Prokes di Indonesia

Varian Baru Covid-19 Dinamai Omicron, WHO : Menjadi Perhatian Bersama

Sabtu, 27 November 2021 | 12:51 WIB
header img
Ilustrasi vaian baru Covid-19, Omicron.

NEW YORK, lintasbabel.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan varian virus corona baru yang dinamakan Omicron, sebagai "perhatian". Varian ini memiliki sejumlah besar mutasi, dan bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang.

Ini pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November lalu, dan juga telah diidentifikasi di Botswana, Belgia, Hong Kong dan Israel.

Sejumlah negara kini telah memutuskan untuk melarang atau membatasi perjalanan ke dan dari Afrika Selatan (Afsel).

Wisatawan dari Afsel, Namibia, Zimbabwe, Botswana, Lesotho, dan Eswatini tidak akan dapat memasuki Inggris Raya kecuali mereka adalah warga negara Inggris atau Irlandia, atau penduduk Inggris.

Para pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan penerbangan dari Afsel, Botswana, Zimbabwe, Namibia, Lesotho, Eswatini, Mozambik dan Malawi akan diblokir, mencerminkan langkah sebelumnya yang diambil oleh AS. Ini akan mulai berlaku pada Senin (29/11).

Negara-negara Uni Eropa (UE) dan Swiss juga telah menghentikan sementara penerbangan ke dan dari beberapa negara Afsel.

Tidak jarang virus berubah, atau bermutasi, dari waktu ke waktu. Varian virus menjadi varian yang mengkhawatirkan ketika mutasi itu dapat memengaruhi hal-hal seperti penularan, virulensi, atau efektivitas vaksin.

Pada Jumat (26/11/2021), WHO mengatakan jumlah kasus varian ini, awalnya bernama B.1.1.529, tampaknya meningkat di hampir semua provinsi Afrika Selatan.

"Varian ini memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan," terang WHO dalam sebuah pernyataan.

WHO menyatakan infeksi B.1.1.529 pertama yang diketahui dikonfirmasi berasal dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November lalu.

WHO mengatakan perlu beberapa minggu untuk memahami dampak varian baru, karena para ilmuwan bekerja untuk menentukan seberapa menularnya.

Seorang pejabat tinggi kesehatan Inggris memperingatkan bahwa vaksin "hampir pasti" akan kurang efektif terhadap varian baru.

"Ini adalah berita buruk tetapi ini bukan hari kiamat,” terang Profesor James Naismith, seorang ahli biologi struktural dari Universitas Oxford.

Dia mengatakan mutasi pada varian itu dapat menyebar lebih cepat - tetapi penularan "tidak sesederhana 'asam amino ini melakukan ini'" dan ditentukan oleh bagaimana mutasi bekerja bersama.

Dr Mike Tildesley, anggota kelompok Pemodelan Influenza Pandemi Ilmiah (Spi-M), mengatakan kepada BBC pada Jumat (26/11), hanya sekitar 24% dari populasi Afrika Selatan yang sepenuhnya divaksinasi. Kondisi ini dapat memacu penyebaran kasus yang cepat di sana.

Sementara itu, kepala penyakit menular AS Dr Anthony Fauci mengatakan bahwa sementara laporan tentang varian baru memunculkan "bendera merah", ada kemungkinan vaksin masih berfungsi untuk mencegah penyakit serius.

"Sampai diuji dengan benar ... kami tidak tahu apakah itu menghindari antibodi yang melindungi Anda dari virus," kata Dr Fauci kepada CNN.

WHO telah memperingatkan terhadap negara-negara yang memberlakukan pembatasan perjalanan dengan tergesa-gesa, dengan mengatakan mereka harus melihat ke "pendekatan berbasis risiko dan ilmiah".

Namun, selain Inggris, AS, dan Uni Eropa, sejumlah negara lain juga telah mengumumkan pembatasan. Seperti Jepang yang mengumumkan bahwa mulai Sabtu (27/11), pelancong dari sebagian besar Afrika selatan perlu dikarantina selama 10 hari dan mengambil total empat tes selama waktu itu.

India juga telah memerintahkan penyaringan dan pengujian yang lebih ketat untuk pelancong yang datang dari Afrika Selatan, Botswana, dan Hong Kong

Sedangkan Iran akan melarang pelancong dari enam negara Afrika selatan, termasuk Afrika Selatan. Warga Iran yang tiba dari wilayah tersebut akan dirawat setelah dites negatif dua kali.

Brasil juga mengatakan membatasi perjalanan ke wilayah tersebut dari enam negara di Afrika

Sementara itu, Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla mengatakan kepada wartawan bahwa larangan penerbangan itu "tidak dapat dibenarkan".

"Reaksi beberapa negara, dalam hal memberlakukan larangan perjalanan, dan tindakan semacam itu, sepenuhnya bertentangan dengan norma dan standar yang dipandu oleh Organisasi Kesehatan Dunia," katanya.

Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, mengatakan kepada BBC bahwa pembatasan perjalanan di negaranya terlalu dini.

"Untuk saat ini, ini adalah badai dalam cangkir teh," ujarnya.

Diketahui, pasar saham di seluruh dunia juga turun tajam pada hari Jumat (26/11/2021), mencerminkan kekhawatiran investor atas potensi dampak ekonomi.

Indeks FTSE 100 dari saham-saham terkemuka Inggris ditutup turun 3,7%, sementara pasar utama di Jerman, Prancis dan AS juga tenggelam.

 

Editor : Muri Setiawan

Follow Berita iNews Lintasbabel di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut