Ketika kekeringan parah dan gelombang panas melanda China barat dan selatan pada akhir Juli, pembangkit listrik tenaga batu bara meningkatkan produksi untuk memenuhi lonjakan permintaan AC dan kesenjangan pasokan dari pembangkit listrik tenaga air. Mereka juga meningkatkan pembelian batu bara termal berkualitas lebih tinggi, seperti batu bara Rusia untuk meningkatkan efisiensi pembangkit listrik.
Selain itu Rusia, China juga mengimpor 15,82 juta ton batu bara dari pemasok utamanya Indonesia pada Agustus. Volume impor tersebut naik 35 persen dibanding Juli. Namun, itu masih lebih rendah dibanding Agutus tahun lalu, yang tercatat sebanyak 17,3 juta ton.
Peningkatan pembelian batu bara dari Indonesia terjadi karena harga yang menggiurkan mendorong perusahaan utilitas untuk memesan lebih banyak. Pada Agustus, batu bara termal Indonesia 3.800 kkal lebih murah sekitar 170 yuan atau 24,26 dolar AS per ton daripada batu bara China dengan kualitas yang sama, dan batu bara 4.700 kkal lebih rendah 140 yuan.
Perusahaan utilitas listrik diperkirakan akan meningkatkan impor pada Oktober mendatang untuk mengisi kembali stok menjelang dimulainya musim panas di sebagian besar China utara pada pertengahan November 2022. Namun, karena depresiasi renminbi terus berlanjut, batu bara impor akan menjadi lebih mahal bagi pembeli China dan berpotensi mengurangi permintaan.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman iNews.id dengan judul "Impor Batu Bara China dari Rusia dan RI Melonjak gegara Harga Murah hingga Panas Ekstrem"
Editor : Muri Setiawan