Sementara, Ketua AJI Kota Pangkalpinang, Barliyanto menyoroti persoalan etika dalam peliputan agenda politik seperti pemilu. Menurutnya, identitas media adalah kepercayaan.
"Di media, ruhnya adalah trust (kepercayaan). Bagaimana kita mampu menjaga kepercayaann publik saat ini kepada media, yang tidak berpihak kepada kandidat tertentu, itu yang menjadi perhatian kita," ujar Barli.
Namun, kata dia, belakangan ini para jurnalis sulit membedakan fungsinya dalam rangka tersebut, lantaran terkadang produk jurnalistik yang dibuat kerap tercambur dengan opini subjektif wartawan.
"Antara produk jurnalistik, berita kadang terdapat opini di dalamnya. Ini yang harus dihindari, terlebih jika wartawan itu terlibat aktif atau memiliki hubungan khusus dengan kandidat dan parpol, maka akan mempengaruhi berita yang dihasilkan, yang tidak independen lagi. Belum lagi soal pemasukan untuk menghidupi media itu sendiri, kalau kami di AJI ada istilah pagar api, antara editorial dan advertorial itu tipis sekali jaraknya, kalau tidak hati-hati maka akan terbakar," kata Barli.
Sejumlah wartawan dan pegiat pemilu independen yang hadir dalam kegiatan ini, ikut memberikan kritikan terkait penyelenggaraan pemilu di Babel, dan media massa di daerah masih memiliki marwah mengawal suksesi pilkada 2024 nanti.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait