Namun ada dampak yang tidak bisa dihindarkan ketika praktik-praktik culas pertambangan, tata kelola, dan tata niaga timah ini diberantas. Sebagian masyarakat yang masih bergantung pada sektor pertambangan rakyak, otomatis terdampak karena kesulitan untuk menjual hasil kerja kerasnya mengais pasir timah. Akibatnya ekonomi Bangka Belitung terkontraksi dan tidak sedikit warga yang kehilangan mata pencaharian.
Sayangnya tidak ada upaya atau kebijakan yang signifikan dari pemerintah provinsi, dalam hal ini Pj Gubernur untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan ekonomi rakyat, sehingga perekonomian Bangka Belitung terkesan benar-benar auto pilot.
Beruntung masih ada Bupati Bangka Tengah yang mencoba untuk mendorong pergerakan ekonomi didaerahnay dengan segala keterbatasan kewenangan dan anggaran yang dimiliki. Bupati mendorong seluruh ASN di lingkungan pemkab Bangka Tengah dan jajarannya untuk serentak membelanjakan sebagian penghasilannya ke pasar tradisional.
"Setidak-tidaknya, ASN kita membelanjakan uangnya untuk keperluan sehari-hari di pasar tradisional. Dan tentunya secara tidak langsung membantu para pedangan pasar tradisional dengan aksi membeli dagangan pedagang tradisional. Ini juga suatu upaya kita untuk saling menjaga, membantu, dan saling menghormati sesama," kata Alggafry, usai menemani sang istri dan 500 ASN pemkab Bangka Tengah, berbelanja di Pasar modern Kota Koba, Jumat, 22 Maret 2024.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait