Selang berapa bulan setelahnya tepat pada bulan Ramadhan. Di hari ke-17 berpuasa dan saat berbuka puasa gadis kecil yang periang seketika menangis histeris melihat ayah tercintanya tidak bisa menggerakkan sebelah bagian tubuh dan bibirnya meringkuk tak dapat bicara. Ya tepat hari itu ayah yang sangat Kia sayangi terserang stroke. Untungnya ayah Kia langsung dibawa ke “Taipak Chan” salah satu orang yang bisa menangani stroke. Ayah yang setiap paginya mengantar Kia pergi sekolah kini hanya bisa duduk dan tak dapat beraktivitas seperti biasanya.
Hingga tiba waktunya kelulusan SMP Kia. Angan – angan Kia yang sudah ia impikan sejak lama pun berbuah nihil. Saat ditanya ibu dan kakaknya Kia ingin melanjutkan ke sekolah mana kia menjawab “ Kia mau lanjut sekolah kesehatan aja” jawab kia penuh semangat.
Sayangnya keinginan Kia tak mendapat persetujuan oleh orang tuanya dikarenakan kendala pada biaya. Kia yang mendengarkan langsung patah semangat. Wajah gadis bungsu yang periang itu pun seketika memelas. Di usianya yang belum genap 14 tahun itu harus merasakan kegagalan pertama bagi nya. Keinginannya untuk menjadi dokter sudah tidak ada harapan lagi karena orang tuanya menyuruh untuk melanjutkan sekolahnya ke SMK jurusan perkantoran.
Gadis bungsu periang ini sudah menguburkan mimpinya sangat dalam untuk menjadi dokter. Kini Kia hanya bisa menjalankan hidupnya dengan ikhlas dan tabah menerima apa yang telah terjadi. Seiring berjalannya waktu Kia juga harus ikhlas melihat ayah kesayangannya tidak lagi normal seperti yang dulu gagah. Kini ayah Kia hanya duduk di rumah membantu ibu produksi kemplang ikan cemilan khas Bangka. Dengan begitu Kia juga tetap bersemangat dalam menjalani harinya bersekolah di SMKN 1 Sungailiat. Tak menutup kemungkinan gadis bungsu yang pemurung kini sudah kembali periang seperti Kia yang dulu.
Jangan lupa bersyukur ya untuk hari ini.
TAMAT
Cerpen ini ditulis oleh Zhaskia, siswi SMKN 1 Sungaiiat, Kabupaten Bangka.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait