Cerpen : Impian Kia yang Terkubur

Muri Setiawan/ Jurnalis Warga
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang pelajar yang bercita-cita menjadi dokter, namun harus ikhlas tidak dapat mewujudkannya karena kondisi sang ayah yang tidak memungkinkan. Foto: Ilustrasi/pngtree

INI kisah nyata kehidupan Kia. Namaku Kia seorang siswi sekolah menengah kejuruan atau SMK. Sejak kecil kia tinggal bersama kedua orang tuanya. Kia adalah anak bungsu dan mempunyai satu orang kakak perempuan. Kia tinggal di Sungailiat tepatnya Kampung Jawa. Gadis bungsu ini tidak lahir dari keluarga yang kaya raya, dengan demikian kia tak lepas bersyukur.

Kia ingin sekali menjadi seorang dokter. Karena bagi kia menjadi seorang dokter adalah cita - cita yang sangat mulia. Kia kerap ditanya oleh pamannya mau jadi apa “Kia ingin jadi apa nanti kalau sudah besar?” tanya paman kia. “Kia ke pengen jadi dokter paman” jawab si bungsu yang penuh harap. Lagi – lagi siapa yang bertanya kia selalu menjawab dengan jawaban sama.

Hingga tiba waktunya kia masuk SMP. Kia di daftarkan oleh ibunya ke salah satu SMP di kota Sungailiat yaitu SMPN 1 Sungailiat. Saat duduk di bangku SMP Kia mulai berpikir apa itu dokter? Bagaimana caranya agar bisa menjadi dokter?. “Ternyata menjadi dokter tak semudah yang aku bayangkan, harus menempuh pendidikan yang tinggi dan tentunya membutuhkan biaya besar tentunya” gumam Kia dalam hati.  

Sejak saat itu Kia berangan – angan dalam benaknya “artinya tamat SMP ini aku harus sekolah di bidang kesehatan dan setelah lulus langsung lanjut kuliah di fakultas kedokteran” Kia berbicara dalam hati dengan penuh harap.

Sontak terlintas di pikir Kia berinisiatif menyisihkan uang jajannya untuk di masukkan ke celengan yang Kia buat khusus untuk impiannya menjadi dokter. Karena Kia mengerti keadaan ekonomi keluarganya bagaimana. Setiap pulang sekolah Kia berlari menuju kamarnya dan memasukkan sisa uang jajan ke dalam celengan. Saat kia menoleh ke arah pintu kamar ternyata ada ibu yang sedang memperhatikan gadis bungsunya “ Kia sedang apa nak?” tanya ibu Ini bu Kia menabung sisa uang jajan yang ibu beri tadi pagi” jawab kia sambil tersenyum lebar. “Memangnya uang itu mau Kia apa kan nak?” tanya ibu kembali. Uang ini Kia tabung untuk sekolah Kedokteran Kia nanti bu” jawab kia dengan semangat. Mendengar jawaban anaknya yang begitu penuh harap, ibu pun meneteskan air matanya dan langsung memeluk gadis bungsu kesayangannya. “Loh kenapa ibu menangis?” tanya Kia yang begitu polos. Ibu pun hanya bisa tersenyum.

Selang berapa bulan setelahnya tepat pada bulan Ramadhan. Di hari ke-17 berpuasa dan saat berbuka puasa gadis kecil yang periang seketika menangis histeris melihat ayah tercintanya tidak bisa menggerakkan sebelah bagian tubuh dan bibirnya meringkuk tak dapat bicara. Ya tepat hari itu ayah yang sangat Kia sayangi terserang stroke. Untungnya ayah Kia langsung dibawa ke “Taipak Chan” salah satu orang yang bisa menangani stroke. Ayah yang setiap paginya mengantar Kia pergi sekolah kini hanya bisa duduk dan tak dapat beraktivitas seperti biasanya. 

Hingga tiba waktunya kelulusan SMP Kia. Angan – angan Kia yang sudah ia impikan sejak lama pun berbuah nihil. Saat ditanya ibu dan kakaknya Kia ingin melanjutkan ke sekolah mana kia menjawab “ Kia mau lanjut sekolah kesehatan aja” jawab kia penuh semangat.

Sayangnya keinginan Kia tak mendapat persetujuan oleh orang tuanya dikarenakan kendala pada biaya. Kia yang mendengarkan langsung patah semangat. Wajah gadis bungsu yang periang itu pun seketika memelas. Di usianya yang belum genap 14 tahun itu harus merasakan kegagalan pertama bagi nya. Keinginannya untuk menjadi dokter sudah tidak ada harapan lagi karena orang tuanya menyuruh untuk melanjutkan sekolahnya ke SMK jurusan perkantoran.

Gadis bungsu periang ini sudah menguburkan mimpinya sangat dalam untuk menjadi dokter. Kini Kia hanya bisa menjalankan hidupnya dengan ikhlas dan tabah menerima apa yang telah terjadi. Seiring berjalannya waktu Kia juga harus ikhlas melihat ayah kesayangannya tidak lagi normal seperti yang dulu gagah. Kini ayah Kia hanya duduk di rumah membantu ibu produksi kemplang ikan cemilan khas Bangka. Dengan begitu Kia juga tetap bersemangat dalam menjalani harinya bersekolah di SMKN 1 Sungailiat. Tak menutup kemungkinan gadis bungsu yang pemurung kini sudah kembali periang seperti Kia yang dulu. 

Jangan lupa bersyukur ya untuk hari ini.

TAMAT

 

Cerpen ini ditulis oleh Zhaskia, siswi SMKN 1 Sungaiiat, Kabupaten Bangka. 

 

Editor : Muri Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network