JAKARTA, lintasbabel.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakhiri lawatannya ke Ukraina dan Rusia. Terakhir, agenda Jokowi adalah melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Kamis (30/6/2022). Kedua kepala negara langsung melakukan pertemuan tete-a-tete di Ruang Upacara Kenegaraan Istana Kremlin.
Namun ada pemandangan yang berbeda dalam pertemuan antara Jokowi dan Putin. Pemandangan berbeda yang dimaksud adalah tidak adanya meja panjang yang memisahkan kedua kepala negara itu.
Sebaliknya, keduanya hanya dipisahkan sebuah meja kecil sehingga pembicaraan keduanya terkesan akrab.
Sedikit mengingat ke belakang, beberapa bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Saat itu keberadaan meja ekstra panjang (XL) yang memisahkan Putin dengan Macron mencuri perhatian.
Belakangan, dua sumber dalam rombongan Macron menjelaskan alasan di balik keberadaan meja panjang tersebut. Menurut sumber itu pada Reuters, alasan penggunaan meja sangat besar itu karena Macron menolak menjalani tes COVID-19 oleh tim medis Rusia.
Sumber tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Macron diharuskan menjaga jarak dari Putin setelah Macron menolak protokol kesehatan dan keselamatan.
Keberadaan meja yang sangat panjang itu pun, menempatkan Macron di satu ujung dan Putin di ujung lainnya, menjadi salah satu momen pertemuan yang paling banyak dibicarakan orang.
Selama pertemuan hampir enam jam mereka, Macron dan Putin membahas krisis di Ukraina.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Jokowi, Putin mengatakan Rusia siap memenuhi sepenuhnya kebutuhan pupuk produsen pertanian dari negara sahabat. Dalam kesempatan itu, Putin juga menegaskan kalau Rusia tidak memiliki batasan ekspor pupuk dan makanan.
Putin juga mengatakan bahwa Rusia mendukung upaya Indonesia yang akan menjadi tuan rumah KTT G20. Sedangkan Jokowi menyampaikan sejumlah pesan penting terkait misi perdamaian dan kemanusian dalam pertemuan tersebut.
Jokowi menyatakan Indonesia siap menjembatani komunikasi Rusia-Ukraina. Ia juga menegaskan Konstitusi Indonesia mengamanatkan agar Indonesia selalu berusaha berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia.
Jokowi menambahkan, meskipun situasi saat ini masih sangat sulit, namun Presiden menegaskan bahwa penyelesaian damai penting untuk terus dikedepankan dan juga ruang-ruang dialog terus dibuka.
Dalam pertemuan itu keduanya juga berdiskusi masalah terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk. Jokowi menyatakan, terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk bisa berdampak kepada ratusan juta masyarakat dunia, terutama di negara berkembang.
Di akhir pernyataannya, Presiden Jokowi kembali menegaskan bahwa Indonesia tidak memiliki kepentingan apapun, kecuali ingin melihat perang dapat segera selesai dan rantai pasok pangan, pupuk dan energi dapat segera diperbaiki.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait