Namun kini katanya, semenjak masuk air laut dan limbah tambak udang PT Utomo, dirinya harus mengalami kerugian setiap bulan Rp60 juta akibat gagal panen.
"Kejadian ini sudah berlangsung sekitar 1 tahun ini, saya sudah pernah bertemu dengan pihak perusahaan, tapi katanya tidak mau ganti rugi atau membeli lahan dan perkebunan milik saya ini," ujarnya.
Lanjutnya, sejak air laut masuk dan limbah tambak dibuang ke aliran perkebunan sawit miliknya, semua air diperkebunannya terasa asin, dan kelapa sawit yang ditanam di lahan seluas 26 hektare itu pun berangsur mati.
Lebih jauh, H Sahroni mengatakan, sebagian perkebunan kelapa sawit miliknya yang lain juga terancam akan mati, akibat aktivitas perusahaan tambak udang tersebut.
"Ini yang sebagian lagi pun bakal mengalami hal yang sama, mulai kering. Padahal yang itu baru beberapa tahun dan mulai berbuah daunya, dan inipun akan mati jika seperti ini terus," katanya.
Editor : Muri Setiawan