Menakar potensi maritim Bangka Belitung
Interkonektivitas antarpulau untuk mewujudkan Indonesia-Sentris yang digadang-gadang Pemerintah bak mimpi di depan mata, tetapi belum jua terjamah oleh kenyataan. Menilik potensinya, dengan luas laut 65.301 km2 atau 79,90 persen dari total wilayah Provinsi yakni 81,725.06 km2, sektor kemaritiman tentu menjadi salah satu potensi terbesar dari provinsi yang terletak di timur Pulau Sumatera ini.
Pada tahun 2022, perikanan tangkap (fish capture) laut dan darat sebagai potensi maritimnya, Bangka Belitung mampu memproduksi sebesar 222.067 ton dengan nilai Rp8.215.523.818 (Kementerian Kelautan dan Perikanan). Sementara, daratan Bangka Belitung yang hanya 20,1 persen juga tak kalah menunjukkan potensinya di bidang pertambangan timah. Sektor ini justru menjadi penyokong terbesar dari Bangka Belitung untuk pendapatan negara dengan menghasilkan 173.095.125,63 dolar dari hasil produksi 5.944.352,60 ton per April 2024 (bps.dalamangka)
Potensi ini akan terjamah dengan maksimal di sektor perdagangan maupun keluar-masuk barang kebutuhan jika interkonektivitas antarpulau berjalan dengan baik, bagaimana di bagian barat terhubung dengan Sumatera Selatan, utara dengan Batam, Singapura, Malaysia dan negara lain di benua Asia, hubungan ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Pangkalbalam, juga dapat terkoneksi dengan Kalimantan melalui Pelabuhan Manggar.
Nyatanya, saat ini potensi ekonomi itu belum secara maksimal masuk ke kas daerah. Kendalanya? Karena kapasitas pelabuhan di Bangka Belitung masih terbilang kecil dan mengharuskan adanya antrian saat bongkar-muat. Belum lagi adanya persoalan pendangkalan alur, sehingga membuat kapal bertonase besar sulit untuk bersandar. Hal inilah yang membuat Bangka Belitung kesuitan memenuhi permintaan global, sehingga sulit untuk bersaing di pasar mancanegara.
Editor : Muri Setiawan