get app
inews
Aa Read Next : Unstopable KOHATI dalam Katalisator Kebangsaan

Milad ke-75 Tahun HMI, Fadilah Sabri: Kondisi Kita Sedang Tidak Baik-baik Saja

Sabtu, 05 Februari 2022 | 22:27 WIB
header img
Sajak-sajak Perjuangan, Hikayat Rembulan Hijau Hitam digelar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Majelis Daerah Bangka, sebagai bentuk untuk memeriahkan hari lahir Himpunan Mahasiswa Islam ke 75 tahun. (Foto: lintasbabel.id/ Muri Setiawan)

BANGKA, lintasbabel.id - Kondisi kebangsaan saat ini sedang tidak baik-baim saja. Parlemen daerah sekarang tidak lagi seperti parlemen dahulu, yang lebih banyak diam. Padahal anggota dewan sejatinya harus banyak berbicara, sesuai dengan tugas dan fungsinya. 

"Ini otokritik bagi kita semua, kondisi republik sedang tidak baik-baik, pun kondisi umat islam sedang tidak baik-baik. Dan juga kondisi perguruan tinggi sedang tidak baik-baik. Orang mau jadi guru besar itu bukannya mudah, sekarang ada guru besar honoris causa. Belum lagi tuntutan Scopus yang harus terindeks, kampus-kampus harus masuk ke Scopus. Ini kan sistem," ujar Fadilah Sabri saat menyampaikan orasi ilmiahnya dalam kegiatan Milad HMI ke-75 tahun di Sekretariat Kahmi Bangka di Tras Coffee, Sungailiat Kabupaten Bangka, Sabtu (5/2/2022). 

Kegiatan bertajuk Sajak-sajak Perjuangan, Hikayat Rembulan Hijau Hitam digelar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Majelis Daerah Bangka, sebagai bentuk untuk memeriahkan hari lahir Himpunan Mahasiswa Islam ke 75 tahun. 

Dikatakan Fadilah, bahwa kader HMI memiliki etika yang selalu dijunjung tinggi para kadernya. Bahkan dalam setiap gerakan organisasi, HMI tetap mengedepankan hal itu. 

"Saya ingin menggugah kita semua, terutama adik-adik kader HMI. Mereka ini membuat adrenalin saya muncul lagi. Senior itu kalau didatangi ada rasa senang. Adik-adik HMI ada etika, etika organisasi, etika antar organisasi. Ini yang harus dijunjung tinggi," katanya. 

Fadilah sempat menceritakan perjalanannya kala menjadi kader HMI di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. 

"Saya dulu ikut LK 1 tahun 89, bayar 7.500. Padahal uang kiriman bapak saya 25 ribu sebulan. Dan saya tidak tau dimana kegiatan dilaksanakan. Kami datang ke kampus, naik mobil Kobutri, dibawa ke suatu tempat, gak tau dimana. Mata ditutup, sampai ke lokasi baru tau tempatnya. Kenapa tempatnya dirahasiakan? Karena dilarang, dikejar-kejar. Tahun 92 saya ikut LK 2, tempatnya pindah-pindah. HMI itu the second universiti. Lulus LK 2 saya digelari Master oleh teman saya. Dulu LK 1 digelar Sarjana, LK 2 Master dan LK 3 Doktor. Saya sempat vakum 2 tahun. Lalu tahun 94 kembali lagi ke HMI setelah jadi Senat Mahasiswa UII. Tugas saya terakhir buat LK2 se Jawa Tengah, modalnya 100 ribu. Sekarang ada gak adik-adik kader kita seperti itu, berani melakukan gebrakan," ujarnya. 

Editor : Muri Setiawan

Follow Berita iNews Lintasbabel di Google News
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut