MOSKOW, Lintasbabel.iNews.id - Presiden Rusia, Vladimir Putin dikabarkan akan pensiun di tahun 2023 ini. Bahkan dia disebut-sebut sedang mempersiapkan calon penggantinya. Putin tampaknya tak mau mengambil resiko digulingkan alias dikudeta, lantaran popularitasnya terus menurun di tengah serangkaian kekalahan Rusia di Ukraina.
Adalah Abbas Gallyamov, mantan penulis pidato Putin yang mengatakan hal itu. Dia menyebut Putin akan berusaha untuk menyerahkan kekuasaan kepada suksesor yang dipilihnya, dan pensiun ke 'istana' Laut Hitam, daripada mengambil resiko nasib memalukan dari tiran yang digulingkan seperti Muammar Gaddafi.
"Pemimpin Rusia akan berusaha menyerahkan kekuasaan kepada penerus teknokrat yang dapat menegosiasikan diakhirinya perang dengan Ukraina dan Barat, dan mungkin tidak melawan pemilu 2024," katanya kepada saluran YouTube Khodorkovsky Live seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (14/1/2023).
Kata Gallyamov, ring satu Putin tidak lagi melihatnya sebagai penjamin stabilitas dan khawatir dengan munculnya Yevgeny Prigozhin, yang sejauh ini setia kepada Kremlin, tetapi dapat melawan elit yang dianggap gagal dalam perang.
Yevgeny Prigozhin sendiri adalah kepala tentara bayaran Rusia Grup Wagner yang memiliki persenjataan lengkap. Mereka takut dibantai dengan palu godam Prigozhin, hukuman di luar hukum yang diberikan kepada narapidana tentara yang menolak untuk berperang atau berusaha untuk membelot ke Ukraina.
Bahkan, salah satu mantan tentara bayaran Grup Wagner, yang kini berpaling dalam perang Ukraina, Yevgeny Nuzhin (55), kepalanya ditempel di dinding bata dan dipukuli sampai mati dengan palu godam pada November lalu, ketika dia ditangkap oleh mantan rekannya.
Prigozhin memuji eksekusi pembelot dan mengatakan bahwa 'anjing menerima kematian anjing' sebagai tanggapan atas video Nuzhin yang dipukul sampai mati.
Sejak perang Putin dimulai, sekutu Putin seperti Prigozhin dan panglima perang Chechnya Ramzan Kadyrov telah mulai memperebutkan kekuasaan dan ketenaran, menunjukkan bahwa suatu hari mereka ingin menggantikannya. Itu terjadi ketika Putin dituduh 'mendorong rakyatnya sendiri untuk membantai ribuan orang' dalam upayanya untuk mengamankan pemukiman utama Soledar di Ukraina timur.
Popularitas Putin menurun drastis setelah pasukannya mengalami serangkaian kekalahan telak di medan perang.
"Aparat memandang Prigozhin dan berhenti melihat Putin sebagai penjamin stabilitas mereka," kata Gallyamov.
"Seluruh aparat duduk dengan ngeri, memandangi Prigozhin dan takut bahwa (pasukannya) akan mengejar mereka. Mereka secara pribadi takut akan palu godamnya," ujarnya.
Dikatakan Gallyamov, jika Putin maju untuk masa jabatan kembali - dia telah menjadi presiden atau PM sejak 1999 - dia mungkin benar-benar terpeleset dan gagal terpilih.
"Dia akan mencoba mencurangi pemilihan, (tetapi) penuh dengan revolusi. Ini risiko yang terlalu besar untuk sistem," ucapnya.
Gallyamov mengungkapkan bahwa Putin kemungkinan akan mencalonkan bawahan yang ia percaya sebagai presiden seperti Wali Kota Moskow Sergey Sobyanin, perdana menteri Mikhail Mishustin, atau wakil kepala staf loyalisnya Dmitry Kozak.
"Orang-orang seperti itu benar-benar bisa memenangkan pemilu," ucapnya. "Ya, kemudian mereka harus bernegosiasi dengan Ukraina, dengan Barat, dan memecahkan kebuntuan dalam sistem," tuturnya.
"Namun untuk Putin, ini adalah pilihan yang baik, dibandingkan (dengan Gaddafi," katanya.
"Setidaknya Putin akan mendapat jaminan keamanan pribadi," serunya. Undang-undang saat ini berarti dia akan menjadi 'senator seumur hidup'. "Dia akan mendapatkan kesempatan untuk mengakhiri hari-harinya dengan tenang di istana Gelendzhik," sebutnya, merujuk pada rumah mewah di Laut Hitam.
Editor : Muri Setiawan