get app
inews
Aa Read Next : Tim Hibah PMP ISB Atma Luhur Kerjasama dengan SMK dan KPID Babel Terkait Literasi Digital dan Media

Media dan Diskriminasi Terhadap Perempuan

Minggu, 05 Desember 2021 | 17:01 WIB
header img
Maura Nissa Oktavia, Betty Freskila, Rustina, mahasiswi jurusan Sosiologi, Semester 5, FISIP UBB.

DEWASA ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang sangat cepat, kemajuan yang sangat dirasakan yaitu di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Dimana setiap orang dapat dengan mudah berbagi dan mendapatkan informasi secara cepat. Media sendiri mempunyai peranan yang cukup besar sebagai pembentuk konstruksi masyarakat, dimana hal itu terlihat dari pemberitaan media yang masih bias gender, khususnya terkait konten yang menampilkan representasi perempuan. Selain itu kekuatan media telah ikut andil dalam penyebaran stereotipe mengenai perbedaan gender.  

Secara sosiologis, gender merupakan bentuk dari bagaimana masyarakat menkontruksikan antara laki-laki dengan perempuan. Masyarakat cenderung mempersepsikan bahwa gender merupakan kodrat dari Tuhan, namun sebenarnya gender terbentuk oleh konstruksi lingkungan dan dapat dipertukarkan. Gender juga dapat dikatakan sebagai pembagian peran antara laki-laki dengan perempuan, dimana laki-laki selalu diibaratkan sebagai makhluk yang kuat dan tangguh (maskulinitas) dan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan gemulai (feminitas). Gender merupakan hasil dari kontruksi yang masyarakat itu sendiri dan berlaku pada waktu tertentu.

Konstruksi gender dan stereotipe feminitas dalam konteks patriarki membuat perempuan mengalami berbagai hambatan karena nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat membatasi akses dan kesempatannya. Konstruksi masyarakat mengenai feminitas melahirkan kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan, dan media menjadi propagandis terdepan dalam meluasnya stereotipe tersebut. Oleh karena itu, penggambaran mengenai perempuan di media sering kali tidak sesuai menciptakan gerakan feminisme dalam media.

Feminitas dalam media digambarkan sebagai perempuan yang ideal, yang mampu mengatasi ranah domestik, seperti ibu rumah tangga. Kerap kali timbul pernyataan seperti ini saat ada perempuan yang meniti karir “perempuan tidak apa-apa bekerja di luar rumah, namun jangan melupakan tugas rumah.” Padahal laki-laki juga tinggal dirumah yang sama, namun kenapa laki-laki tidak dituntut untuk mengerjakan tugas rumah? Tidak bisa dipungkiri hal tersebut terjadi karena pengaruh media dalam membentuk konstruksi di masyarakat.

Editor : Muri Setiawan

Follow Berita iNews Lintasbabel di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut