Kotak Kosong tampil dominan dan memaksa para elit partai politik untuk kehilangan kepercayaan terhadap kader dan sistem yang selama ini menghegemoni masyarakat Indonesia.
Gejala panas dalam partai politik ini mulai muncul ke permukaan. Di Kota Pangkalpinang, saat ini mulai mengerucut nama-nama bakal calon Walikota dan Wakil Walikota.
Ada pasangan independen Eka Mulya Putra dan Radmida Dawam yang memilih maju mendaftarkan diri dengan mengumpulkan dukungan masyarakat dan mengabaikan keberadaan parpol.
Kemudian ada Golkar dan Nasdem yang tiba-tiba bermanuver mencalonkan dua politisi partai tetangga. Ada Basit Cinda, pengusaha reklame sukses yang baru saja meng-Gerindra-kan diri akan berpasangan dengan Ustad Dede Purnama, seorang kader PKS (Partai Keadilan Sejahtera).
Anehnya, meski baru saja berlabuh ke Gerindra, Basit Cinda justru tidak diusung olrh partai besutan Presiden Prabowo Subianto ini.
Lalu ada Maulan Aklil alias Molen, biang kerok terjadinya Pilwako Ulang, karena pada Pilkada Serentak 2024, Pasangan Molen - Hakim dikalahkan oleh Kotak Kosong.
PDIP yang semula merupakan partai penyokong Molen menolak untuk mengusung kembali incumbent yang terbukti tidak diinginkan masyarakat Pangkalpinang.
Dibuang PDIP, Molen dipungut oleh Gerindra dan dipasangkan dengan anggota DPRD Babel Jaki Yamani untuk kembali mencoba peruntungan di Pilkada Ulang 27 Agustus 2025.
PDIP justru mengusung Prof. Saparudin, bukan kader murni, namun seorang akademisi yang baru belakangan merapat ke PDI-P akan berpasang Dessy Ayutrisna, anggota DPRD Pangkalpinang 2024-2029 dari Fraksi PDIP.. Belakangan paslon ini mendapat dukungan dari PKB juga.
Editor : Agus Wahyu Suprihartanto
Artikel Terkait