Pancasila di Persimpangan Jalan: Ideologi, Identitas, dan Realitas Sosial

Opini
Pancasila sebagai dasar negara. (Foto: SINDOnews)

PANGKALPINANG, Lintasbabel.inews.id--- Setiap tanggal 1 Juni, kita memperingati Hari Lahir Pancasila — momen bersejarah yang selalu dirayakan dengan upacara, pidato, dan kutipan penuh semangat kebangsaan. Tapi setelah acara usai, kita harus bertanya: sejauh mana Pancasila benar-benar tercermin dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai mahasiswa dan warga negara?

Di kampus, Pancasila memang sering terdengar. Terpampang di spanduk kegiatan, dibacakan dalam upacara, dan menjadi tema diskusi. Namun di saat yang sama, kita melihat perdebatan keras di media sosial, sikap intoleran terhadap keberagaman, bahkan apatis terhadap isu sosial dan keadilan. Inilah paradoksnya: secara simbolik, Pancasila sudah sangat dikenal, tapi dalam praktiknya, terasa jauh dari kehidupan nyata.

Padahal, nilai-nilai Pancasila justru makin relevan di tengah situasi bangsa yang tengah menghadapi fragmentasi identitas dan ketimpangan sosial. Persatuan bukan hanya simbol, tetapi kemampuan untuk berdialog dan bersepakat meski berbeda pandangan. Kemanusiaan bukan sekadar jargon, melainkan sikap empati nyata terhadap sesama. Dan keadilan sosial bukan sekadar cita-cita negara, tetapi tanggung jawab kita bersama — terutama bagi mereka yang mendapatkan keistimewaan dalam akses pendidikan.

Sebagai mahasiswa, kita tidak perlu menunggu posisi tertentu untuk mengamalkan Pancasila. Cukup jujur dalam akademik, terbuka dalam berdiskusi lintas latar belakang, peduli terhadap isu sosial, dan berani bersuara melawan ketidakadilan. Langkah kecil ini bisa menjadi awal dari perubahan besar. Kampus bisa menjadi laboratorium nilai-nilai Pancasila — asalkan kita benar-benar mau menjadikannya pedoman, bukan sekadar dokumen formal.

Peringatan Hari Lahir Pancasila seharusnya mengingatkan kita bahwa ideologi ini adalah sesuatu yang hidup dan dinamis. Ia adalah kompas moral yang membantu kita saat bangsa di persimpangan jalan. Tapi, kompas itu hanya berguna jika kita berani melangkah. Dan langkah itu bisa dimulai dari ruang-ruang kecil — di kelas, organisasi, komunitas, bahkan ruang digital tempat kita berinteraksi setiap hari.

Selama kita percaya bahwa hidup bersama dalam keberagaman adalah tujuan bersama, Pancasila tetap relevan. Tinggal kita sendiri yang memutuskan: apakah akan menjadikannya sekadar simbol atau pijakan nyata dalam kehidupan sosial kita.

Penulis Opini : Andika Putra Alhafiz- Mahasiswa Sastra Inggris, FISIP UBB (Kader GMNI)

Editor : Agus Wahyu Suprihartanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network