Langkah Taktis Pemerintah dan Peran Anak Muda Menjaga Kedaulatan dalam Konflik Laut China Selatan

Muri Setiawan/ Jurnalis Warga
Ramsyah Al Akhab (Mahasiswa Universitas Bangka Belitung). Foto: Dokumen Pribadi/ Istimewa.

"Ya jelas, makin tipis kami mau cari ikan di laut. Makin sempit lautan Natuna kalau China ngaku dia punya kan," kata Dedi, seorang Nelayan di Natuna.

Ucapan Dedi tersebut telah banyak mengisi laman berita nasional. Dedi adalah salah satu nelayan kecil yang langsung merasakan dampak dari adanya konflik di Laut China Selatan. Setiap bulan, nelayan kecil seperti Dedi kerap menerima intimidasi (ditakut-takuti) oleh kapal penjaga pantai China yang sering melakukan manuver di perairan Natuna. 

Hal di atas belum termasuk banyaknya kapal asing yang mencuri ikan di kawasan laut Natuna Utara. Menyebabkan kerugian ekonomi dan mengancam kedaulatan Indonesia. 

Kekhawatiran nelayan-nelayan Natuna semakin bertambah ketika pada Agustus 2023 kemarin, China mengeluarkan peta terbaru di wilayah Laut China Selatan yang mengklaim banyak tempat secara sepihak sebagai teritorialnya. Ambisi China ini diperkuat dengan membangun pangkalan militer di wilayah sengketa Kepulauan Paracel dan Spratly yang terletak tak jauh di utara Kepulauan Natuna yang merupakan bagian dari kedaulatan Indonesia

Laut China Selatan memasok kepentingan komersial dan strategis yang sangat penting, tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga Malaysia, Filipina, Vietnam, Taiwan, dan Brunei.

Editor : Muri Setiawan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network