PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Banyak orang meyakini jika keluarga yang sudah meninggal dunia, masih bisa mengetahui kabar keluarganya di dunia. Seperti orangtua di alam kubur dapat mengetahui kabar anaknya yang masih hidup.
Terlebih ketika sanak keluarga melakukan ziarah kubur, keluarga atau orang tua yang sudah meninggal dunia masih tetap bisa mendengar dan melihat mereka yang berziarah.
Menurut ajaran Islam, hal ini diperkuat berdasarkan firman Allah SWT dalam Al Quran, Surat Ar Rum ayat 52-53
فَإِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ (52) وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ (53)
Artinya: Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakangi. Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami). (QS. Ar Rum: 52-52).
Menurut Ibnu Katsir, ayat tersebut menegaskan bahwa Allah SWT dengan kekuasaan-Nya dapat menjadikan orang-orang yang telah mati mendengar suara orang-orang yang hidup, jika Dia menghendaki.
Diriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar ra bahwa Nabi Saw berbicara kepada orang-orang musyrik yang telah mati dalam Perang Badar, lalu mereka dilemparkan di dalam sebuah sumur di Badar. Hal itu dilakukan oleh Nabi Saw sesudah tiga hari.
Nabi Saw dalam pembicaraannya itu mencela dan mengecam mereka yang telah mati di dalam sumur itu. Sahabat Umar kemudian bertanya kepada Nabi SAW, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau berbicara kepada kaum yang telah menjadi bangkai?"
Rasulullah SAW lalu menjawab:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُولُ مِنْهُمْ، وَلَكِنْ لَا يُجِيبُونَ"
Artinya: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiadalah kalian lebih mendengar apa yang kuucapkan dari mereka, tetapi mereka tidak dapat menjawab.
Hadis ini ditakwilkan oleh Siti Aisyah r.a. dengan pengertian 'sesungguhnya mereka yang diajak bicara itu, setelah mereka mati benar-benar mengetahui bahwa apa yang dikatakan oleh Nabi Saw kepada mereka adalah benar belaka.' Qatadah mengatakan bahwa Allah menghidupkan mereka untuk Nabi Saw sehingga mereka dapat mendengar ucapannya, sebagai kecaman, cemoohan, dan pembalasan darinya.
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang sudah meninggal bisa mendengar dan melihat apa yang dilakukan orang yang masih hidup.
Apakah Orang di Alam Kubur Mengetahui Kabar Keluarganya yang Masih Hidup
Dari penjelasan ayat dan hadits di atas, ada banyak jalur periwayatan mengenai apakah orang tua di alam kubur mengetahui kabar anaknya yang masih hidup. Dilansir dari Tafsir Ibnu Katsir Surat Ar Rum ayat 52-53, ada riwayat dari salafus saleh yakni Abdullah ibnul Mubarak.
Dia mengatakan, bahwa amal perbuatan orang-orang yang hidup ditampakkan kepada orang-orang yang telah mati (dari kalangan keluarganya). Apabila melihat kebaikan, mereka bergembira; dan apabila melihat keburukan, mereka mengatakan, "Ya Allah, maafkanlah mereka."
Ibnu Abud Dunia telah meriwayatkan dari Ahmad ibnu Abul Hawari, bahwa Abbad ibnu Abbad berkunjung kepada Ibrahim ibnu Saleh di Palestina.
Lalu Ibrahim berkata, "Berilah saya nasihat."
Abbad berkata, "Nasihat apakah yang akan kuberikan kepadamu, semoga Allah memperbaiki keadaanmu. Telah sampai kepadaku suatu riwayat yang menceritakan bahwa amal perbuatan orang-orang yang hidup ditampakkan kepada orang-orang yang telah mati dari kalangan keluarganya, maka perhatikanlah amal perbuatanmu, apakah yang akan diperlihatkan darinya kepada Rasulullah Saw."
Maka Ibrahim menangis tersedu-sedu sehingga jenggotnya basah karena air matanya. Ibnu Abud Dunia mengatakan dari Sadaqah ibnu Sulaiman Al-Ja'fari bahwa dia mempunyai kebiasaan yang buruk; dan ketika ayahnya meninggal dunia, ia bertobat dan menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukannya.
Kemudian ia tergelincir lagi melakukan kebiasaan buruk itu, maka ia melihat ayahnya dalam mimpinya, lalu ayahnya berkata, "Anakku, alangkah gembiranya aku denganmu. Pada mulanya semua amal perbuatanmu ditampakkan kepada kami dan kami menyerupakannya dengan amal perbuatan orang-orang yang saleh. Tetapi setelah ketergelinciranmu itu aku merasa sangat malu dengan apa yang telah kamu perbuat itu. Maka janganlah engkau membuatku sedih di kalangan orang-orang yang telah mati di sekitarku."
Khalid ibnu Amr Al-Umawi melanjutkan kisahnya, "Sejak saat itu aku mendengarnya selalu mengucapkan doa di waktu sahurnya, yang secara kebetulan rumahnya di Kufah bertetangga denganku, yaitu: 'Ya Allah, aku memohon kepada-Mu tobat yang tidak pernah diulangi lagi dan tidak pernah terkotori lagi, wahai Allah Yang Memperbaiki keadaan orang-orang yang saleh dan wahai Allah Yang Memberi petunjuk orang-orang yang sesat, wahai Allah Maha Pelimpah Rahmat'."
Riwayat lainnya diungkapkan Bisyr ibnu Mansur. Di suatu petang hari ada lelaki ahli ibadah pulang ke rumah keluarganya tanpa mampir di kuburan dan tidak berdoa sebagaimana biasanya untuk orang tua dan ahli kubur.
Ketika aku (lelaki itu) tidur, tiba-tiba dalam mimpinya ia kedatangan sejumlah orang, lalu aku bertanya, "Siapakah kalian ini dan apa keperluan kalian?"
Mereka menjawab, "Kami adalah ahli kubur."
Aku bertanya, "Lalu apa keperluan kalian?"
Mereka menjawab, "Biasanya engkau mengirimkan suatu hadiah kepada kami saat engkau dalam perjalanan pulangmu ke rumah keluargamu."
Aku bertanya, "Hadiah apakah itu?"
Mereka menjawab, "Doa-doa yang biasa engkau ucapkan di dekat kuburan kami."
Aku menjawab, "Aku akan membiasakannya lagi," sejak saat itu aku tidak pernah meninggalkan kebiasaanku itu.
Dari peristiwa itu dia mengetahui bahwa mayat itu mengetahui amal perbuatan kaum kerabat dan saudara-saudaranya di dunia. Karena itu, Islam mensyariatkan mengucapkan salam kepada orang-orang yang telah mati ketika menziarahi kuburnya.
Nabi SAW telah mengajarkan kepada umatnya bila mereka melihat kuburan hendaknya mengucapkan doa berikut:
"سَلَامٌ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، يَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَمِنْكُمْ وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، نَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ"
Artinya: Keselamatan semoga terlimpahkan kepada kalian, wahai ahli kubur dari kalangan orang-orang mukmin. Dan sesungguhnya kami, insya Allah, akan menyusul kalian. Semoga Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dan yang terkemudian di antara kami dan kalian. Kami memohon kepada Allah buat kami dan kalian akan keselamatan".
Wallahu A'lam
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait