Raden Ayu meminta Patih kerajaan melemparkan cucuk kondenya ke dada sebelah kiri. Apabila tubuhnya mengeluarkan asap dan berbau busuk saat meninggal, Patih boleh membuang mayatnya sembarangan. Namun, jika asap dari tubuhnya beraroma harum, Raden Ayu meminta sang Patih untuk membuatkan tempat suci yang disebut keramat.
Benar saja, begitu cucuk konde ditancapkan, tubuh Raden Ayu Siti Khotijah mengeluarkan asap dan aroma harum yang semerbak. Seluruh lingkungan kerajaan pun mengakui aroma harum itu. Sang ayah mengaku menyesal dengan keputusannya.
Jenazah Raden Ayu lantas dimakamkan dan dibuatkan tempat suci yang disebut keramat, sesuai dengan permintaan beliau sebelum dibunuh. Begitu jasad Raden Ayu Siti Khotijah dikebumikan, tumbuhlah sebatang pohon setinggi 50 sentimeter di tengah makam beliau. Dicabuti sampai tiga kali pohon itu kerap tumbuh kembali.
"Kakek dan nenek saya mendengar pesan beliau agar pohon di tengah makam dipelihara dengan baik karena pohon itu tumbuh dari rambut beliau. Melalui pohon ini Allah Subhanahu wa ta'ala akan memberi mukjizat dan rezeki pada umat yang berziarah," cerita Pak Mangku.
Hingga kini pohon tersebut masih dirawat dengan baik dan terus menjulang tinggi. Orang-orang menyebutnya pohon rambut atau taru rambut. Umat Islam pun ramai berkunjung ke makam Raden Ayu Siti Khotijah.
Wallahu a'lam bishawab
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait