Sebelumnya, para peneliti juga menggunakan Lidar untuk memindai situs Maya di Guatemala, tepatnya pada tahun 2015, sebuah prakarsa bernama Mirador Basin Project melakukan dua survei skala besar di bagian selatan cekungan, dengan fokus pada kota kuno El Mirador.
Proyek itu mengarah pada pemetaan 658 mil persegi atau 1.703 km persegi bagian negara ini.
“Ketika saya membuat model pertama dari kota kuno El Mirador, saya terpesona. Sangat menarik untuk mengamati untuk pertama kalinya sejumlah besar waduk, piramida monumental, teras, area pemukiman, dan gundukan kecil,” kata Morales-Aguilar.
Para peneliti berharap teknologi lidar akan membantu mereka menjelajahi bagian Guatemala yang tetap menjadi misteri selama berabad-abad.
“Lidar telah menjadi revolusioner untuk arkeologi di daerah ini, terutama jika tertutup hutan tropis di mana jarak pandang terbatas,” ucap Marcello Canuto, Direktur Institut Riset Amerika Tengah di Universitas Tulane.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada oleh dengan judul "Situs Suku Maya yang Tersembunyi di Bawah Hutan Guatemala Terungkap Berkat Teknologi Lidar"
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait