Di samping bisnis rokok kretek, grup Djarum juga menjalankan berbagai unit bisnis seperti perbankan (BCA), elektronik (Polytron), perkebunan (HPI Agro), agen perjalanan (tiket.com), pusat perbelanjaan (Grand Indonesia), hingga kuliner (Savoria). Tak heran, Djarum menjadi konglomerasi terbesar di Tanah Air yang berhasil mengantarkan pemiliknya menjadi orang terkaya RI.
Berdasarkan laporan Forbes, Hartono bersaudara bahkan menduduki posisi puncak sebagai orang terkaya di Indonesia. Kekayaan bersih kakak beradik ini mencapai USD42,6 miliar. Jika dikonversi ke dalam rupiah, kekayaan Budi Hartono dan Bambang Hartono ini mencapai Rp668 triliun (kurs Rp15.681 per USD).
Sejarah Djarum Super
Pada mulanya, Djarum hanya memproduksi rokok lintingan tangan dan rokok kretek lintingan mesin. Kedua produk tersebut rupanya diterima dengan baik oleh masyarakat hingga akhirnya diproduksi dalam jumlah yang lebih besar.
Pada pertengahan tahun 1970-an, Djarum pun secara resmi mendirikan sebuah lembaga riset yakni Research and Development Center agar bisa mengembangkan produk rokoknya.
Di tengah persaingan domestik yang sangat ketat pada tahun 1972, Djarum pun mulai mengekspor kretek lintingan tangan dan mesin ke pengecer tembakau yang ada di berbagai negara, mulai dari China, Korea, Belanja, Jepang, hingga Amerika Serikat. Produk Djarum Super yang dipasarkan pada 1981 pun berhasil sukses di pasar internasional.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait