Berbagai pekerjaan dia lakoni tanpa rasa putus asa demi menyambung hidup dan menafkahi keluarga, bahkan tak berapa lama setelah berjualan tenun, William memutuskan untuk berdagang hasil bumi, seperti minyak, kacang, beras dan gula.
William yang gemar berdagang juga lihai dalam mengelola keuangannya. Uang hasil berdagangnya tidak habis begitu saja, di samping digunakan untuk membantu kehidupan saudara-saudaranya, William juga menyisihkan sedikit demi sedikit uang tersebut untuk bisa melanjutkan studinya di luar negeri.
Kegigihannya dalam menabung kemudian membawanya berhasil untuk bisa melanjutkan sekolah di Middlebare Vakschool V/d Leder & Schoen Industrie Waalwijk, Belanda, sebuah sekolah industri yang mengajarkan penyamakan kulit atau proses pembuatan suatu barang dari kulit.
Usai melanjutkan sekolahnya, akhirnya pada 1949 William kembali ke tanah air membawa ilmu yang telah ia dapatkan dari Belanda. Selanjutnya, dia mendirikan industri penyamakan kulit yang saat itu kepengurusan diserahkan kepada seorang karyawan.
Tiga tahun kemudian, karena kesuksesan di bisnis sebelumnya dia berhasil membangun CV Sanggabuana yang bergerak di bidang perdagangan dan ekspor impor. Sosok William yang sangat percaya kepada rekan bisnis membawa malapetaka, pasalnya di bisnis ini mengalami kerugian karena ditipu rekan kerjanya sendiri.
Tak kenal menyerah, bangun dari keterpukan dan belajar dari pengalaman pahit, lima tahun kemudian bersama sang adik, Tjia Kian Tie dan kawannya, Lim Peng Hong mencoba untuk mendirikan PT Astra International.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait