Melihat Tradisi Tatung, Budaya Warisan Leluhur Warga Keturunan Tionghoa di Bangka

Maulana
Tradisi Tatung, budaya warisan leluhur warga keturunan Tionghoa di Bangka. Foto : lintasbabel.id/ Maulana.

BANGKA, lintasbabel.id - Masyarakat keturunan Tionghoa yang merupakan bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia, sangat memelihara dengan baik kultur warisan leluhurnya. Salah satunya tradisi Tatungwa Dewi atau Pat Ngiat Pan, di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka.

Kali ini, warga di sana menggelarnya di Kelenteng Fuk Tet Miao, Kelurahan Bukit Ketok, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Jum'at (23/9/2022) Malam.

Namun biasanya, Tradisi unik yang dimulai sekira pukul 18.00 dan berakhir pukul 22.30 WIB ini, juga dirayakan dibeberapa kelenteng yang ada di Bangka Belitung.

Tatung dalam bahasa Hakka berarti orang yang dirasuki roh Dewa atau leluhur. Dimana raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara antara roh leluhur atau dewa tersebut. 

Dengan menggunakan mantra dan mudra tertentu, roh Dewa dipanggil ke altar kemudian akan memasuki raga orang tersebut.

Para Dewa atau roh leluhur biasa dipanggil dengan kepentingan tertentu, misalnya untuk melakukan kegiatan pengobatan, pengusiran roh jahat, pembuatan Hu, dan lain-lain. Setelah kegiatan yang dilakukan selesai, roh akan meninggalkan tubuh orang tersebut.

Tradisi Tatung yang dilaksanakan pada hari ke-15 bulan 8 imlek ini bisa dikatakan sudah punah dan daerah-daerah di Indonesia yang masih memiliki tradisi ini, yakni Kalimantan Barat dan Bangka Belitung.

Ketua Yayasan Kelenteng Fuk Tet Miao, Tjong Khion Fo mengatakan, tradisi Tatung merupakan tradisi dari leluhur yang harus di lestarikan, yang mana bulan kebesaran para Dewa Dewi yang mengajarkan tetang kebaikan.

"Tradisi Tatung atau Pat Ngiat Pan ini merupakan tradisi yang sudah sangat lama khususnya agama Konghucu dan Tridharma juga. Jadi kami melaksanakan bulan 8 ini adalah bulan kebesaran para Dewa Dewi, berharap para umat itu mengikuti ajaran para Dewa Dewi ini, ajaran tentang kebaikan belas kasih. Intinya mengenai tentang kebaikan, kesetiaan dan membela hal-hal yang baik dan benar," katanya.

Tjong khion Fo juga menambahkan, kegiatan tradisi warga keturunan Tionghoa yang merupakan adat istiadat para leluhur dilaksanakan setiap tahun dikelenteng Fuk Tet Miao. Tujuannya supaya umat selalu ingat tetang ajaran kebaikan dari para Dewa Dewi yang pernah hidup di masa lalunya dan mengajarkan suatu kebaikan untuk umatnya.

Salah satu tokoh masyarakat Tionghoa Bangka Belitung Hermanto Phoeng atau kerap disapa Aliong mengatakan, selain tradisi atau adat yang harus dilestarikan, dirinya berharap tradisi Tatung yang ada di Bangka Belitung ini dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Bangka Belitung, khusunya di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka.

"Kegiatan tradisi Tatung ini dengan harapan dapat menarik wisatawan domistik dan manca negara untuk datang ke Bangka Belitung, supaya perekonomian di Belinyu ini khususnya semakin baik, terutama tingkat hunian hotel dan kuliner-kuliner yang ada di Belinyu," kata Aliong.

Menurutnya, kuliner di Belinyu cukup banyak dan soal rasa tak perlu diragukan lagi.

"Kuliner yang ada di Belinyu ini sangat hebat terutama kerupuk, otak-otak dan kelesan. Itu adalah khas Belinyu dan semoga dengan kegiatan ini Belinyu lebih terkenal lagi untuk kedepannya," tuturnya.

Kegiatan tradiai Tatung di Kelenteng Fuk Tet Miao ini, masih akan berlangsung selama tiga hari kedepan.



Editor : Haryanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network