Pada ronde observasi sendiri terdiri atas 17 soal Planetarium yang harus diselesaikan dalam waktu 45 menit, dan 11 soal pengamatan Matahari dalam waktu 2 jam.
Dalam sesi Cultural Day pada 20 November 2021, tim Indonesia dengan uniknya menyuguhkan kombinasi tarian dan komedi berjudul “Welcome to Indonesia” yang disambut meriah para peserta lainnya.
Hakim L. Malasan menyampaikan, “Menguasai dirgantara menjadi suatu keharusan dan itu dapat dicapai dari hal yang paling basic dulu yakni dengan meningkatkan literasi terhadap sains dan teknologi kedirgantaraan. Terlepas dari ada olimpiade atau tidak, mempelajari sains adalah hal yang menyenangkan. Semoga astronomi tidak hanya disenangi sebatas olimpiade, tapi juga dapat menjadi bagian dari kehidupan,”.
Salah satu tim IOAA Indonesia, Muhammad Sultan Hafiz menyampaikan tantangan yang dihadapi selama menjalankan tes adalah waktu yang tidak lazim.
“Dari jam 5 sore sampai malam hari karena adanya perbedaan waktu dari belahan negara lain,” ujarnya.
Hafiz bersyukur telah mendapatkan kesempatan untuk mengikuti IOAA meskipun hanya meraih medali perunggu.
“Setelah mengikuti ajang ini, saya ingin tetap berkontribusi di bidang olimpiade astronomi seperti membuat soal, menjadi tutor dan lain sebagainya” ungkapnya saat diwawancara.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait