PANGKALPINANG, lintasbabel.id - Kemeriahan EURO 2020 akan segera berlalu, partai puncak antara timnas Inggris vs Italia, Senin dinihari (12/7/2021), akan menyudahi euforia pecinta bola.
Olahraga terpopuler sejagad ini, sangat identik dengan industri gila-gilaan, bahkan terkadang nyaris sulit diterima akal sehat. Industri adalah industri, dimana Keuntungan finansial tetap menjadi prioritas, walaupun terkadang terbungkus sedemikian rapi.
Dibalik wajah bisnis dan kapitalisnya, ternyata industri sepakbola juga punya warna humanis, seperti yang terlihat dari perhelatan UERO 2020.
Faktanya, UERO 2020 juga digunakan sebagai media kampanye untuk membantu negara-negara Eropa, melawan segala bentuk diskriminasi, baik didalam maupun diluar lapangan.
Setiap tahun, UEFA sebagai induk organisasi sepakbola Eropa, menyisihkan € 100.000 bagi setiap anggota asosiasi (55 anggota) untuk membiayai program social responsibility sepakbola. Syaratnya, program yang diajukan harus menggunakan sepakbola untuk menangani dua isu global, yaitu anti diskriminasi dan pemberdayaan masyarakat marginal.
"Ketika olahraga anda dimainkan dan diikuti oleh jutaan orang, tindakan anda memiliki dampak besar pada masyarakat." kata Michele Uva, Direktur Tanggungjawab Sosial Sepakbola (FSR) UEFA.
"Kami percaya sepak bola dapat memainkan peran utama dalam mempromosikan perubahan perilaku pada lingkungan dan hak asasi manusia. Tahun ini, kami menginvestasikan total €12 juta dalam mempromosikan kegiatan tanggung jawab sosial. Bagi kami, ini adalah investasi di masa depan, tidak hanya untuk sepak bola tetapi juga masyarakat," ujarnya.
Pada musim 2019/20 saja, 46 asosiasi sepak bola Eropa memilih untuk menginvestasikan dana UEFA dalam proyek-proyek yang menciptakan peluang yang sama bagi komunitas yang terpinggirkan: pengungsi, penyandang disabilitas atau gangguan kesehatan mental, pecandu, minoritas etnis, ekonomi, agama dan seksual, tahanan, penggemar dan anak yatim.
Editor : Muri Setiawan