Seorang nyai bisa tiba-tiba dikeluarkan dari tangsi karena tak lagi dikehendaki pasangan kumpul kebonya. Sebab hubungan tentara Eropa dengan nyai pribumi tidak pernah sederajat.
"Hubungan antara orang Eropa, bahkan yang brengsek dan miskin sekali pun, dengan nyai Pribumi di dalam tangsi tidak pernah sederajat," kata Reggie Baay.
Selain usia dan tak menarik, mutasi tentara ke tempat lain juga bisa menjadi ancaman. Kemudian habisnya masa kontrak di mana si tentara harus pulang ke Eropa. Para nyai yang bernasib sial itu tak lagi memiliki masa depan, baik di dunia Eropa maupun di dunia pribumi. Tak jarang mereka yang tak lagi berpenghasilan dan harus merawat anak-anaknya sendiri itu, nekat terjun ke jalur prostitusi.
Dalam perjalanannya kemudian, protes terhadap praktik pergundikan tangsi militer bermunculan. Protes datang dari masyarakat Eropa di Hindia Belanda yang mendesak untuk dihapuskan. Pergundikan dianggap sebagai penyebab munculnya penyakit kelamin di kalangan tentara KNIL.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Minggu, 24 Juli 2022 - 04:30 WIB oleh Solichan Arif dengan judul "Kisah Gundik dan Nyai Pribumi di Tangsi Tentara KNIL Masa Kolonial Belanda"
Editor : Muri Setiawan