Dalam mendukung Komitmen Iklim, pemerintah Indonesia menjanjikan untuk mengurangi emisi dalam negeri sekitar 29% sampai tahun 2030 dengan usaha sendiri dan 41%, dengan bantuan dukungan internasional melalui pendanaan, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas. Pemanfaatan lahan mangrove dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sangat besar potensinya.
Dilansir dari komitmeniklim.id, mangrove dalam upaya mitigasi krisis iklim mampu menyerap dan menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dari hutan hujan tropis dengan luasan yang sama. Selain itu, mangrove mempunyai kemampuan daya tahan terhadap kenaikan permukaan laut tingkat sedang. Ketahanan alami dari tanaman mangrove dalam menghadapi fluktuasi pasang surut air laut dapat melindungi garis pantai akibat abrasi.
Disisi lain, mampu menyimpan karbon dalam jumlah besar guna menjamin kualitas udara bersih, mangrove juga memiliki kemampuan untuk menjaga kualitas air karena jaringan akar yang padat dan vegetasi sekitar mampu menyaring sedimen dan logam berat serta polutan lainnya dari kontaminasi saluran hilir dalam melindungi habitat sensitif seperti terumbu karang dan padang lamun.
Masyarakat Suku Laut hidup dan dihidupi oleh mangrove karena kawasan tersebut menyediakan sumber pakan, papan, air bersih, habitat biota laut, serta melindungi pemukiman dari badai dan ombak.
Salah satu upaya yang nampak adalah melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang saat ini sedang mengupayakan Percepatan Rehabilitasi Mangrove seluas 80.762 hektar di Bangka Belitung. Kepedulian akan mangrove mesti digaungkan, pasalnya ada banyak dampak positif dari keberadaan tumbuhan tersebut.
Editor : Muri Setiawan