get app
inews
Aa Text
Read Next : Cerpen : Impian Kia yang Terkubur

Cerpen Tentang Kehidupan Terbaru yang Sangat Menyentuh dan Bikin Baperan

Rabu, 09 November 2022 | 18:50 WIB
header img
Kamu juga bisa mempelajari seperti apa contoh cerpen tentang kehidupan yang singkat namun bisa sampai ke pembacanya. Foto: net

4. Contoh Cerpen tentang Kehidupan Keempat

 

Sahabat dari Senja

Karya : Pandan Raditya

Sore mulai gelap. Cahaya senja di langit mulai mengubah warna. Terlihat burung-burung Sriti berterbangan. Seperti ingin melepas kegelisahan. Terbang berputar-putar sambil bercericit melintas di langit, dan berlalu-lalang di atas rumahku. Persis seperti hari-hari sebelumnya. Serasa memberi petunjuk, bila sesuatu yang misterius akan kembali terjadi. Dari halaman rumah aku terus menatap langit. Dadaku mulai berdebar. Kegelisahan mulai mengisi pikiran dan perasaanku. “Suara itu, tentu akan datang lagi sore ini. Mungkin akan sama persis dengan kejadian sore-sore sebelumnya,” kataku dalam hati, sambil terus menatap wajah senja.

Benar adanya. Tidak berapa lama, suara misterius itu, kembali menghantuiku. Kali ini terdengar seperti suara anak yang terluka. Lalu, mirip jeritan histeris, dan tak berapa lama berganti suara. Terdengar seperti anak yang kesakitan. Aku tercekam lagi. Pernah, suatu waktu Bunda memberi penjelasan saat kami duduk santai di teras rumah. Katanya, suara misterius yang selalu muncul di sore gelap itu, kemungkinan suara ternak Pak Kades. Atau bisa juga bunyi benturan batu yang berasal dari tebing-tebing pegunungan yang mengelilingi desa.

Begitu pula Ayah, sambil meletakkan korannya, lalu mengiyakan pendapat Bunda. Tanpa mau lagi menjelaskan lebih jauh tentang datangnya suara tersebut. Tetapi aku sangat yakin, jika itu bukan suara hewan ternak atau benturan batu di tebing sebelah desaku. Aku lebih yakin suara itu adalah suara jeritan seorang anak seusiaku. Tapi entahlah! Yang pasti, setiap senja tiba, suara itu seolah adalah sahabat setia telinga dan debar jantungku hingga menjelang gelap malam. “Aaaaahh..., Aaaah..., aaarrggh…,” begitu jerit pekik suara itu. Bahkan dalam waktu tidak berapa lama, muncul suara mirip benturan benda-benda pada papan kayu. Suara itu terdengar sangat jelas. Muncul tidak sekali, dua kali. Terus menghantuiku.

Tiap hari. Tiap sore, hingga hari menjadi gelap. Entah kenapa, sore yang menakutkan itu, seolah hanya aku yang merasakan. Sedang warga desa, bahkan Ayah dan Bunda pun seolah tak mengalami apa-apa. Hal itulah yang semakin membuatku gelisah. Kenapa hanya aku? Benarkah orang lain tidak mendengarnya? Mereka seolah ingin merahasiakan tentang suara itu. Suatu waktu aku mencoba mencari tahu ke beberapa tetangga. Rasa penasaran masih terus mengusikku. Kucoba mencari tahu dari Pak Yitno, pengasuh ternaknya Pak Kades.

Tiba-tiba saja dengan gemuruh, semua orang berbondong-bondong keluar ruangan dan memintaku untuk menunjukkan tempat anak yang terkurung digubuk itu. Mereka juga ingin menolong anak itu. Aku berjalan paling depan untuk menunjukkan lokasinya. Saat melewati desaku, semua warga desa jadi geger. Begitu pula Pak Sidik.Tampak tergopoh-gopoh. “Inilah tempatnya anak itu. Tentunya juga masih berada di dalam gubuk ini.” Kubuka pintu gudang itu. Semua orang terperangah. Tanpa dikomando, orang-orang spontan langsung membebaskan ikatan rantai dan tali pada tangan dan kaki anak lelaki yang malang itu. Tiba-tiba, Pak Sidik dengan beberapa perangkat desa datang dengan wajah tegang.

“Ada apa ini Bapak-Bapak. Kenapa datang ke tempat ini beramai-ramai tanpa memberitahu Kantor Desa?” tanya Pak Sidik pada rombongan yang bersamaku.

“Siapa yang mengurung anak ini?” tanya balik ketua juri pidato itu pada pak Sidik. Pak Sidik terdiam. Lalu melirik ke arahku yang bersebelahan dengan Anita. “Apa tidak ada yang tahu? Dan Bapak sebagai Kepala Desa sungguh aneh kalau tidak tahu ada warganya yang dikurung di gubuk ini?” tanyanya lagi. Akhirnya Pak Sidik yang merasa terpojok, mengakui perbuatannya. Dialah, yang menjadi dalang di balik semua ini. Ia merasa malu memiliki anak yang dianggapnya tidak normal. Pak Sidik juga meminta maaf pada Anita kalau selama ini berbohong, dan telah mengurung anak yang sebenarnya adalah kakaknya. Anita menangis seketika. Begitu juga Ayah dan Bunda. Mereka meminta maaf padaku karena telah membohongiku. Semua jelas sekarang. Tentu yang lebih menggembirakan, hari itu, aku menemukan seorang sahabat. Sahabat baru. Sahabat yang kutemui kala senja. Sahabat dari senja.

Itulah cerpen tentang kehidupan terbaru yang bisa kamu baca, semoga bisa menjadi salah satu referensi saat kamu ingin membuat sebuah tugas dari sekolah.

 

Artikel ini telah diterbitkan di halaman Celebrities.id dengan judul " 4 Contoh Cerpen tentang Kehidupan Singkat dan Mudah Diingat "
 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut