Pentingnya status Bangka, khususnya Pangkalpinang, pada masa itu diakui oleh MR AG Pringgodigdo. Dalam Memoir Mohammad Hatta, Pringgodigdo menyatakan, pusat percaturan politik internasional kala itu ada di PBB dan Bangka. Sejarah-sejarah di luar Jawa sering dianggap sebagai kejadian-kejadian kecil dan tidak penting. Faktanya, keberlanjutan Indonesia sebagai negara ditentukan lewat perundingan-perundingan di Pangkalpinang.
Kelenteng Kwan Tie Miaw, salah satu kelenteng tertua yang ada di Pulau Bangka. Kelenteng ini terletak di jalan Mayor Syafrie Rachman. Dulunya bernama kelenteng Kwan Tie Bio. Kelenteng ini diperkirakan dibuat pada tahun 1841 Masehi. (Foto: Istimewa)
Pangkalpinang sendiri merupakan salah satu daerah otonom yang letaknya dibagian timur Pulau Bangka. Secara administratif pada tanggal 9 februari 2001 Kota Pangkalpinang ditetapkan sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pembentukan Pangkalpinang dimulai sejak adanya perintah Sultan Susuhanan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo, yang memerintah pada tanggal 17 september 1757, kepada Abang Pahang bergelar Tumenggung Dita Menggala dan kepada Depati serta Batin Pengandang dan kepada para Krio yang ada di Pulau Bangka untuk mencari Pangkal atau pengkal sebagai tempat kedudukan Demang dan Jenang yang akan bertugas untuk mengawasi parit-parit penambangan timah, mengawasi pekerja- pekerja yang disebut kuli tambang dari Cina, Slam, Kocin dan Melayu dan mengawasi distribusi timah dari parit-parit penambangan hingga sampai ke Kesultanana Pelembang Darussalam.
Editor : Muri Setiawan