Hadis ini ditakwilkan oleh Siti Aisyah r.a. dengan pengertian 'sesungguhnya mereka yang diajak bicara itu, setelah mereka mati benar-benar mengetahui bahwa apa yang dikatakan oleh Nabi Saw kepada mereka adalah benar belaka.' Qatadah mengatakan bahwa Allah menghidupkan mereka untuk Nabi Saw sehingga mereka dapat mendengar ucapannya, sebagai kecaman, cemoohan, dan pembalasan darinya.
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang sudah meninggal bisa mendengar dan melihat apa yang dilakukan orang yang masih hidup.
Apakah Orang di Alam Kubur Mengetahui Kabar Keluarganya yang Masih Hidup
Dari penjelasan ayat dan hadits di atas, ada banyak jalur periwayatan mengenai apakah orang tua di alam kubur mengetahui kabar anaknya yang masih hidup. Dilansir dari Tafsir Ibnu Katsir Surat Ar Rum ayat 52-53, ada riwayat dari salafus saleh yakni Abdullah ibnul Mubarak.
Dia mengatakan, bahwa amal perbuatan orang-orang yang hidup ditampakkan kepada orang-orang yang telah mati (dari kalangan keluarganya). Apabila melihat kebaikan, mereka bergembira; dan apabila melihat keburukan, mereka mengatakan, "Ya Allah, maafkanlah mereka."
Ibnu Abud Dunia telah meriwayatkan dari Ahmad ibnu Abul Hawari, bahwa Abbad ibnu Abbad berkunjung kepada Ibrahim ibnu Saleh di Palestina.
Lalu Ibrahim berkata, "Berilah saya nasihat."
Abbad berkata, "Nasihat apakah yang akan kuberikan kepadamu, semoga Allah memperbaiki keadaanmu. Telah sampai kepadaku suatu riwayat yang menceritakan bahwa amal perbuatan orang-orang yang hidup ditampakkan kepada orang-orang yang telah mati dari kalangan keluarganya, maka perhatikanlah amal perbuatanmu, apakah yang akan diperlihatkan darinya kepada Rasulullah Saw."
Maka Ibrahim menangis tersedu-sedu sehingga jenggotnya basah karena air matanya. Ibnu Abud Dunia mengatakan dari Sadaqah ibnu Sulaiman Al-Ja'fari bahwa dia mempunyai kebiasaan yang buruk; dan ketika ayahnya meninggal dunia, ia bertobat dan menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukannya.
Kemudian ia tergelincir lagi melakukan kebiasaan buruk itu, maka ia melihat ayahnya dalam mimpinya, lalu ayahnya berkata, "Anakku, alangkah gembiranya aku denganmu. Pada mulanya semua amal perbuatanmu ditampakkan kepada kami dan kami menyerupakannya dengan amal perbuatan orang-orang yang saleh. Tetapi setelah ketergelinciranmu itu aku merasa sangat malu dengan apa yang telah kamu perbuat itu. Maka janganlah engkau membuatku sedih di kalangan orang-orang yang telah mati di sekitarku."
Khalid ibnu Amr Al-Umawi melanjutkan kisahnya, "Sejak saat itu aku mendengarnya selalu mengucapkan doa di waktu sahurnya, yang secara kebetulan rumahnya di Kufah bertetangga denganku, yaitu: 'Ya Allah, aku memohon kepada-Mu tobat yang tidak pernah diulangi lagi dan tidak pernah terkotori lagi, wahai Allah Yang Memperbaiki keadaan orang-orang yang saleh dan wahai Allah Yang Memberi petunjuk orang-orang yang sesat, wahai Allah Maha Pelimpah Rahmat'."
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait