Hal tersebut mendorong Ratih untuk terus melakukan riset dan mengabdikannya kepada masyarakat. Menurutnya, seorang peneliti tidak hanya mempublikasikan hasil risetnya ke dalam artikel ilmiah (science for science), namun juga harus berkontribusi dalam pilar IPTEK yang lain, yakni science for scientific community dan science for stakeholders.
“Riset yang sedang dikembangkannya saat ini adalah, Pengembangan under-exploited rumput laut untuk meningkatkan daya saing produk kelautan nasional dan industri pangan bahari,” tuturnya.
Sementara, Dr. R. Tedjo Sasmono, adalah peneliti senior pada Pusat Riset Biologi Molekular (PRBM) Eijkman BRIN. Dia memulai karirnya sebagai periset di LBM Eijkman pada Tahun 1994. Dia meraih PhD dalam bidang molecular bioscience dari University of Queensland, Australia pada tahun 2003.
Saat ini, Dr. Tedjo Sasmono adalah Ketua Kelompok Unit Penelitian Demam Berdarah Dengue di PRBM Eijkman. Ketertarikannya pada riset penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), karena melihat kenyataan penyakit ini menjadi salah satu penyakit yang hingga kini masih menghantui Indonesia pada khususnya.
“Indonesia menempati posisi tertinggi dalam kasus penyakit dengue di Asia Tenggara. Selain itu, dari empat jenis virus dengue, keempatnya ada di Indonesia,” jelas Tedjo Sasmono.
Tedjo menambahkan, bahwa jumlah penduduk, lingkungan alam tropis, sanitasi yang buruk, dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi alasan utama yang menyebabkan tingginya angka kasus dengue tersebut.
Editor : Muri Setiawan
Artikel Terkait