Ayam Ras dan Cabai, Penyumbang Utama Babel Alami Deflasi di Bulan Agustus

PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Agustus 2025, Kepulauan Bangka Belitung mengalami deflasi secara bulanan sebesar 0,46% (mtm), berbalik arah dibandingkan dengan periode Juli 2025 yang mengalami inflasi sebesar 0,65% (mtm).
Angka deflasi bulanan tersebut juga tercatat lebih dalam dibandingkan dengan nasional yang juga mengalami deflasi sebesar 0,08% (mtm).
Terjadinya deflasi bulanan ini utamanya disebabkan oleh penurunan indeks harga kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,91% (mtm), dengan komoditas utama yang memberikan andil deflasi bulanan yaitu daging ayam ras dan cabai rawit.
Selain itu, juga didorong oleh penurunan harga pada kelompok transportasi yang disebabkan oleh penurunan harga tiket angkutan udara. Namun demikian, tekanan deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga pada kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga yang mengalami inflasi sebesar 0,13% (mtm).
Secara tahunan, Bangka Belitung tercatat mengalami inflasi sebesar 1,34% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan bulan Juli yang mengalami inflasi sebesar 2,05% (yoy).
Angka inflasi tahunan Bangka Belitung juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,31% (yoy), dan menjadikan Bangka Belitung menjadi provinsi dengan inflasi tahunan terendah ketujuh se-nasional.
Terjadinya inflasi tahunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 3,12% (yoy) yang disumbang oleh komoditas bawang merah dan beras.
Selain itu, juga disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 5,24% (yoy) khususnya komoditas emas perhiasan.
Namun, tekanan inflasi yang lebih dalam tertahan oleh penurunan indeks harga pada kelompok Pendidikan yang mengalami deflasi sebesar 10,96% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, menjelaskan bahwa TPID terus berupaya memastikan kelancaran distribusi dan ketersediaan stok beras di Bangka Belitung sehingga diharapkan stabilitas harga beras tetap terjaga.
Sementara itu, ketersediaan stok dan pasokan bawang merah dipengaruhi oleh masih berlangsungnya masa tanam di beberapa daerah antara lain Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur, kondisi ini turut memberikan dampak terhadap stabilitas harga komoditas bawang merah di Bangka Belitung.
Secara spasial, tiga wilayah yang disurvei Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi secara bulanan.
Kabupaten Tanjungpandan tercatat mengalami deflasi terdalam yakni sebesar 1,11% (mtm), diikuti oleh Kabupaten Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,58% (mtm) dan 0,49% (mtm).
Sementara itu, hanya Kabupaten Bangka Barat yang mengalami inflasi bulanan sebesar 0,05% (mtm).
Secara tahunan, tiga wilayah yang disurvei Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi. Selanjutnya, Kabupaten Belitung Timur tercatat sebagai wilayah yang mengalami inflasi tertinggi yakni sebesar 2,18% (yoy).
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 1,75% (yoy) dan 1,32% (yoy). Sementara, hanya Kabupaten Tanjungpandan yang mengalami deflasi sebesar 0,13% (yoy).
Lebih lanjut, Rommy menambahkan Bank Indonesia terus bersinergi dengan TPID dan mitra strategis lainnya dalam menjaga inflasi pada rentang yang rendah dan stabil.
Hal ini sebagai bentuk dukungan Bank Indonesia dan TPID terhadap 3 (tiga) langkah strategis pengendalian inflasi yaitu (i) menjaga inflasi tahun 2025 pada kisaran sasaran nasional 2,5±1% dalam rangka mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi, (ii) menjaga inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) dalam kisaran 3,0-5,0% dan (iii) memperkuat koordinasi pusat dan daerah dengan penyusunan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025-2027.
Untuk itu, Bank Indonesia bersinergi dengan TPID se-Bangka Belitung akan terus memperkuat kerangka kebijakan 4K dalam pengendalian inflasi yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif.
Dalam rangka mendukung keterjangkauan harga bahan pokok, sejak bulan Januari s.d Agustus 2025 telah dilaksanakan 36 sidak pasar dan distributor di seluruh wilayah di Bangka Belitung baik yang dipimpin langsung oleh Kepala Daerah maupun oleh perwakilan instansi terkait.
Sidak ini dilakukan untuk memberikan kepastian kepada masyarakat agar tidak khawatir terhadap potensi kenaikan harga bahan pokok.
Selain itu, Bank Indonesia juga turut mendukung penyelenggaraan Operasi Pasar (OP) dan Gerakan Pasar Murah (GPM) yang diorkestrasi oleh Pemerintah Provinsi.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga terus melakukan pemantauan perkembangan harga secara harian melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dapat dimanfaatkan dalam memonitor perkembangan harga pangan secara realtime.
Pada kerangka ketersediaan pasokan, Bank Indonesia juga terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait. Pada bulan Agustus, telah dilakukan berbagai upaya dalam rangka memperkuat ketahanan pangan melalui berbagai kegiatan inisiatif
1. Penyelenggaraan GPM serentak untuk komoditas beras SPHP pada tanggal 30 Agustus 2025 di 30 titik kecamatan se-Bangka Belitung dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-80.
2. Penyaluran bantuan beras kepada 7.406 KPM.
Hingga akhir bulan Agustus 2025, telah dilaksanakan kegiatan OP sebanyak 76 kali di seluruh wilayah di Bangka Belitung, baik yang diorkestrasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, inisiatif dari masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota maupun kegiatan operasi pasar yang merupakan arahan dari Badan Pangan Nasional yang berlokasi di Kantor PT Pos Indonesia di Bangka Belitung.
Bank Indonesia senantiasa mendukung kegiatan operasi pasar dengan memfasilitasi distribusi pangan bagi distributor sehingga bahan pokok yang dijual di kegiatan operasi pasar lebih murah dibandingkan harga pasar. Melalui dukungan tersebut, diharapkan pelaksanaan operasi pasar murah menjadi lebih optimal dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Selain itu, GPM juga telah dilaksanakan setidaknya sebanyak 40 kali di seluruh wilayah di Bangka Belitung, baik yang diorkestrasi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, inisiatif dari masing-masing Pemerintah Daerah dan GPM serentak se-Indonesia di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Bangka Belitung dalam rangka memperingati HUT RI ke-80. Bank Indonesia juga turut memfasilitasi penyelenggaraan GPM tersebut.
Dari sisi kelancaran distribusi, Bank Indonesia turut memfasilitasi distribusi pangan. Sejak bulan Januari s.d Juli 2025, Bank Indonesia telah memberikan fasilitasi distribusi pangan pada 15 kali penyelenggaraan OP yang diorkestrasi oleh Dinas Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bank Indonesia juga memfasilitasi pengiriman daging sapi beku sebanyak 17,5 ton dari Jakarta ke Belitung Timur sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Koperasi Pengendali Inflasi Daerah dan Perum Bulog Kantor Cabang Belitung.
Dalam rangka implementasi komunikasi yang efektif, selama bulan Januari s.d Agustus 2025, telah dilaksanakan sebanyak 10 (sepuluh) kali pertemuan High Level Meeting (HLM) TPID yang dipimpin oleh Kepala Daerah.
Selain itu, juga telah dilaksanakan kegiatan edukasi stabilisasi harga yang menyasar Ibu-Ibu PKK di Belitung dan Belitung Timur, PIA Ardhya Garini, Dharma Wanita Persatuan Belitung, Bhayangkari dan Jalasenastri, capacity building kepada TPID dan petani/nelayan di Pulau Belitung serta Focus Group Discussin (FGD) business matching antara produsen dan offtaker dan perluasan akses pembiayaan.
Selanjutnya, upaya pengendalian ekspektasi masyarakat terus dilakukan oleh TPID melalui komunikasi di media cetak, radio dan baliho milik Pemerintah Daerah.
Rommy menyampaikan ke depan masih terdapat tantangan bagi TPID dalam menjaga inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada rentang yang rendah dan stabil.
Melalui kolaborasi yang kuat antar anggota TPID bersama seluruh masyarakat diharapkan inflasi tetap terjaga dalam sasaran nasional dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang inklusif dan berkelanjutan.
Editor : Haryanto