Menurutnya, masalah ini bermula dari aktivitas tambang yang awalnya direkomendasikan di wilayah Desa Air Belo. Namun, dalam perkembangannya, ponton tambang semakin bergeser ke wilayah Selindung, yang berada di luar wilayah Air Belo.
Ketidaksenangan muncul ketika kelompok tertentu dari Air Belo tetap menuntut kompensasi dari aktivitas tambang di wilayah Selindung.
"Mereka ini inginnya kompensasi ke Air Belo, padahal aktivitas tambang ini sudah masuk wilayah Selindung," ujarnya.
"Rombongan Taufan dari Air Belo tidak terima karena kami warga Selindung menuntut hak kami setelah satu minggu terakhir bekerja, namun mereka merasa lebih berhak karena ponton itu mereka yang bawa,” katanya.
Pihak Robi menduga bahwa kelompok dari Air Belo yang tidak puas dengan kondisi tersebut akhirnya memilih jalur media untuk menyebarkan informasi yang mereka anggap fitnah.
"Rombongan Taufan sengaja mengambil jalur ke media dengan memfitnah kami,” kata Robi.
Editor : Muri Setiawan